Kamis, 29 Desember 2016

PENDIDIKAN ANAK DALAM KANDUNGAN



A.      Abstrak
     Keluarga adalah pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional, sehingga membuat keluarga mempunyai pengaruh yang sangat dominan terhadap perkembangan anak. Keluarga merupakan lingkungan alami yang memberi perlindungan dan keamanan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok anak. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan yang urgen, tempat anak memulai hubungan dengan dunia sekitarnya serta membentuk pengalaman-pengalaman yang membantunya untuk berinteraksi dengan lingkungan. Pendidikan anak dalam kandungan atau pendidikan pranatal adalah pendidikan yang diberikan kepada anak sebelum lahir atau sejak dalam kandungan sampai anak tersebut lahir. anak dapat didik ketika masih dalam kandungan dan pendidikan itu sudah bisa dilaksanakan ketika bayi di kandungan berusia 15 minggu. Pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan yang didalamnya terjadi interaksi anak sebagai manusia yang sempurna dengan orang yang berada disekitar anak yang masih dalam kandungan. Akan tetapi pendidikan tidak langsung dalam arti kondisi psikologis kedua orang tua dapat mempengaruhi calon bayi yang akan dilahirkan oleh seorang ibu dapat saja terjadi.

Kata Kunci : Pendidikan, anak dalam kandungan













               

B.       Pendahuluan
     Pendidikan adalah pembelajaran, Pembelajaran mengenai pengetahuan, keterampilan maupun kebiasaan yang diperoleh melalui program pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan tidak hanya didapatkan di bangku sekolah saja tetapi juga didapatkan di luar sekolah (lingkungan keluarga dan masyarakat). Kebanyakan orang beranggapan bahwa pendidikan adalah dunia sekolah semata, sehingga mereka memasrahkan sepenuhnya pendidikan anaknya pada sekolah.
     Tentu saja hal ini keliru. Tidak hanya guru yang terlibat dalam pendidikan seorang anak manusia, tetapi juga orang tua, keluarga dan lingkungan pergaulan anak. orang tualah yang lebih banyak berperan penting pada pendidikan anaknya khususnya pendidikan untuk membentuk karakter anak sejak dini, karena orang tua dan keluargalah yang sudah terlibat dalam kehidupan anak sejak anak masih dalam kandungan.
     Tanggung jawab pendidikan keluarga sangat penting dalam pandangan Islam. Menurut Al Gazali, “anak itu amanah Tuhan bagi kedua orang tuanya, hatinya bersih bagaikan mutiara yang indah bersahaja, bersih dari lukisan dan gambar. Ia menerima setiap yang dilukiskan, cenderung kearah apa saja yang di arahkan kepadanya.
     Tujuan pendidikan dalam kandungan adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Adapun materi pendidikan anak dalam kandungan adalah pokok-pokok ajaran Islam yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Sedangkan metode  pendidikan anak dalam kandungan adalah metode berbicara dan berkomunikasi, metode mengikut sertakan dengan ucapan, metode berzikir dan berdo’a serta metode kasih sayang. 









  

C.      Pembahasan
a)      Pengertian Pendidikan Anak Dalam Kandungan
      Berbicara tentang pendidikan anak dalam kandungan, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu pendidikan dan apa itu pendidikan dalam kandungan, pengertian pendidikan kita tidak akan menentukan arti yang sama antara satu dengan lainnya, karena masing-masing tokoh mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam mengartikan pendidikan. Hal itu tergantung pada sisi yang dianggap paling tepat oleh para tokoh pendidikan untuk membentuk dan menentukan sebuah konsep tentang pendidikan.
     John Dewey berpendapat: “Etimologically, the word education means just a process of leading or bringing up”. Artinya secara etimologi, kata pendidikan berarti suatu proses untuk memimpin dan membimbing.[1] Ahmad Tafsir berpendapat, pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif.[2]
     Pendidikan menurut  Arifin M.Ed. adalah:” ikhtiar manusia untuk membantu dan mengarahkan fitrah manusia (anak) supaya berkembang sampai kepada titik maksimal yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan”.[3] Sedangkan  Zahara Idris mengartikan pendidikan Pendidikan adalah serangkaian kegiatan interaksi yang bertujuan antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan mempergunakan media, dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya agar dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin menjadi manusia dewasa”.[4] Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.[5]
      Dari beberapa pengertian tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa (sebagai pendidik) dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia atau “fitrah“, agar dapat berkembang secara maksimal, sesuai dengan tujuan  pendidikan.
     Sedangkan pendidikan dalam kandungan sering disebut dengan istilah Pranatal, Istilah “Pranatal“ dalam Kamus Bahasa Indonesia mempunyai arti ”pra-lahir” atau ”sebelum lahir”.[6] Istilah tersebut digunakan sebagai sebutan bagi anak yang masih berada dalam kandungan. Jadi dengan kata lain pranatal adalah masa anak dalam kandungan sampai lahir, Dengan demikian, yang dimaksud pendidikan anak dalam kandungan atau pendidikan pranatal adalah pendidikan yang diberikan kepada anak sebelum lahir atau sejak dalam kandungan sampai anak tersebut lahir. Jadi apapun yang dilakukan oleh orang tua, itulah pendidikan yang diberikan pada anak dalam kandungan (pranatal).
      Jika pengertian pendidikan pranatal itu dikaitkan dengan pengertian pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka pendidikan anak dalam kandungan merupakan usaha secara sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa (sebagai pendidik) dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia agar dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan, yang dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan ibu (pranatal) sampai anak tersebut lahir ke dunia.
     Pendidikan pranatal bersifat peneladanan atau pembiasaan orang tua. Sikap dan apapun perbuatan orang tua pada saat anak masih dalam kandungan ataupun sudah lahir sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Jadi orang tua harus selalu menjaga sikap dan tingkah lakunya agar tetap sesuai dengan ajaran agama sebagai upaya pendidikan anak dalam kandungan (pendidikan pranatal).
b)     Tujuan Pendidikan Prenatal
      Setiap kegiatan yang telah diprogramkan tentulah mempunyai suatu tujuan yang menjadi targetyang ingin dicapai. Dimana pengertian tujuan adalah  sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Dalam tujuan pendidikan, harus berdasarkan pada kenyataan yang terdapat pada individu. Meskipun dasar sosial menuntut agar pendidikan mengintegrasikan diri dengan masyarakat tetapi hal ini tidak berarti bahwa pendidikan boleh mengabaikan atau mengorbankan sifat-sifat individual. Sifat-sifat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.         Tiap individu merupakan pribadi yang unik atau adanya perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain. misalnya perbedaan bakat, minat, inteligensi dan lain-lain. Karena sifat ini maka pendidikan harus mengarah pada usaha yang dapat melayani adanya perbedaan perseorangan tersebut sehingga tiap individu dapat merealisasikan dirinya sesuai dengan individualisasinya.
2.         Tiap-tiap individu mempunyai bermacam-macam segi kejiwaan misalnya, pikiran, perasaan dan kemauan, maka pendidikan harus berusaha mengembangkan semua segi kepribadian tadi secara harmonis dan integratif.
      Di dalam tiaptiap peringkat perkembangan individu menghadapi tugas perkembangan tertentu, dan pendidikan harus membantu anak dalam menyelesaikan tugas perkembangannya tadi.Sifat-sifat tersebut yang membuat tujuan pendidikan pada fase tiap perkembangan manusia berbeda. Pendidikan yang diberikan pada anak yang masih dalam kandungan mempunyai tujuan yang berbeda dengan yang diberikan pada anak yang sudah dilahirkan, remaja dan seterusnya. Tidak hanya dalam hal tujuan saja, tetapi juga dalam hal materi, bahkan pendidikannya.
      Adapun tujuan pendidikan dalam kandungan adalah membantu orang tua dan anggota keluarga memberikan lingkungan lebih baik bagi bayi, memberikan peluang untuk belajar dini dan mendorong perkembangan hubungan positif antara orang tua dan anak yang dapat berlangsung selama-lamanya. Jadi jelaslah bahwa tujuan dari pendidikan pranatal sesuai dengan fase perkembanganya, adalah untuk memberikan kesempatan bagi individu belajar lebih dini, yang diberikan melalui stimulus oleh orang tua dan anggota keluarga yang lain, untuk mengenalkan lingkungan sekelilingnya, agar setelah kelahirannya bayi sudah merasa lebih mengenal lingkungan yang ada di sekelilingnya.
c)      Peran Keluaraga Dalam Pendidikan Prenatal
               Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional, sehingga membuat keluarga mempunyai pengaruh yang dalam terhadap anak. Keluarga merupakan lingkungan alami yang memberi perlindungan dan keamanan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok anak. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan yang urgen, tempat anak memulai hubungan dengan dunia sekitarnya serta membentuk pengalaman-pengalaman yang membantunya untuk berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosial.[7] Pada dasarnya ada dua tujuan pokok lembaga keluarga yang secara otomatis akan menciptakan pula kesehatan mental keluarga. Kedua tujuan pokok itu ialah:  Mendapatkan ketentraman hati, terhindar dari kegelisahan dan kebimbangan yang tidak berujung pangkal. Melahirkan keturunan yang baik (saleh).[8] Membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warohmah memerlukan fondasi yang kuat.Diperlukan beberapa modal untuk memperkokoh fondasi itu.Modal pertama untuk itu ialah naluri rasa cinta terhadap lawan jenisnya, yang makin lama makin berkembang dalam bentuk yang makin konkret. Inilah yang disebut mawaddah, yaitu hal-hal yang bersifat immaterial yang bisa  membangkitkan kemauan dan menimbulkan kehendak untuk melakukan sesuatu yang memberi kenyamanan diantaranya adalahmemadu kasih sayang, mengundang cumbu-rayu yang akhirnya memadukan hati dan jiwa. Mawaddah bersifat material, banyak yang membutuhkan segala yang serba duniawi: rumah, kendaraan dan jaminan masa depan. Melalui perkawinan, mawaddah atau cinta ini akan berkembang menjadi rahmah, yaitu rasa saling menyantuni antara suami-istri lantaran jalinan kasih sayang; bukan karena daya tarik fisik. Tujuan perkawinan yang kedua ialah mendapatkan keturunan yang baik. Fungsi kedua ini merupakan akibat dari fungsi yang pertama, bertujuan untuk melestarikan spesies manusia melalui reproduksi huingga menghasilkan keturunan[9]   Perkawinan itu diharapkan akan mampu melahirkan keluarga yang sakinah (tentram dan damai), untuk mewujudkan hal itu diperlukan kemampuan memfungsikan tujuh fungsi keluarga sebagai berikut; 
1.      Fungsi ekonomis: keluarga merupakan satuan sosial yang mandiri, yamg disitu anggota–anggota keluarganya mengkonsumsi barang-barang yang diproduksi.
2.      Fungsi sosial: keluarga memberikan prestis dan status kepada anggota-anggotanya.
3.      Fungsi edukatif: keluarga memberikan pendidikan kepada anak-anak dan juga remaja. 
4.      Fungsi protektif: keluarga melindungi anggota-anggotanya dari ancaman fisik, ekonomis dan psiko-sosial. 
5.      Fungsi religius: keluarga memberikan pengalaman keagamaan kepada anggota-anggotanya. 
6.      Fungsi rekreatif: keluarga merupakan pusat rekreasi bagi anggota-anggotanya.
7.      Fungsi afektif: keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan keturunan.
       Islam sangat perhatian dengan pendidikan.Islam memandang pendidikan sebagai proses yang terkait dengan upaya mempersiapkan manusia untuk mampu memikul taklif (tugas hidup) sebagai khalifah dimuka bumi. Untuk maksud tersebut, manusia diciptakan dengan potensi berupa akal dan kemampuan belajar. Istilah pendidikan dalam Islam, adalah proses dan praktek penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam Dapat dipahami bahwa pendidikan prenatal dalam Islam adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari al-Qur’an dan as-Sunnah, mendapatkan justifikasi dan perwujudan secara operasional dalam proses pembudayaan dan pewarisan serta pengembangan ajaran agama, budaya dan peradaban Islam dari generasi kegenerasi yang berlangsung sepanjang sejarah umat Islam yang dilakukan ketika anak masih dalam kandungan. Tujuan yang hendak dicapai dalam paedagogis Islami adalah mendapatkan keturunan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, berilmu dan beramal saleh, berbudi luhur, berbakti kepada orang tua, memiliki ketrampilan, cakap memimpin, cakap mengolah isi bumi untuk kemakmuran hidup didunia dan mampu bertanggung jawab terhadap perjuangan pembangunan agama, bangsa, dan Negara. Tujuan tersebut  dapat dicapai melalui upaya pendidikan yang terencana, terpadu dan terarah sesuai dengan ajaran Islam tentang pendidikan. Untuk itu, setiap orang tua harus memulainya dengan langkah-langkah ataupun tahapan tahapan yang harus dilakukan oleh orang tua dalam rangka mempersiapkan anaknya untuk memasuki gerbang kehidupan orang dewasa.
d)        Pendidikan  Anak  Dalam kandungan Dalam Perspektif  Al-Qur’an & Hadits
       Penulusuran dari Kitab suci Al-Qur’an dan kumpulan Hadits Rasulullah maka ditemukan beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadis yang membahas tentang pendidikan dalam kandungan, antara lain: surat Al-A`raf: 172, yang Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap nyawa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (KeEsaan Tuhan)".(QS. Al-A`raf: 172).
     Inilah dalil Al-Qur`an yang menunjukkan bahwa anak pranatal sudah siap dididik. Karena, ia sendiri sudah hidup berkat nyawa yang memberi kehidupan kepadanya. Nyawa (ruh?) itulah yang sesungguhnya responsif, dengan mengikutsertakan janin yang ditempatinya, terhadap segala rangsangan dari lingkungannya lebih-lebih terhadap rangsangan-rangsangan yang disusun secara sistematik peadagogis yang dengan sengaja ditujukan kepadanya.
     Setelah manusia diciptakan oleh Allah, maka tentunya Allah menciptakan manusia itu untuk mengabdi kepada-Nya. Untuk itu Ia memerintahkan supaya manusia itu beribadat kepada-Nya. Agar seorang anak menjadi taat beribadah dan menjalankan segala perintah Allah, maka pendidikan agama dalam keluarga bagi anak prenatal menjadi sangat urgens. Hal ini amat penting diperhatikan, karena pendidikan agama bagi anak prenatal akan mendasari pendidikan agama anak itu setelah lahir. Perkembangan manusia sejak dalam kandungan sesungguhnya dalam Al-Qur`an sangatlah diperhatikan. Mulai perkembangan sejak janin (embrio) dalam perut ibunya, perkembangan setelah kelahiran (pasca natal), dan perkembangan indra anak. Dalam Al-Qur`an surat Al-Mu`minun: 12-14, dijelaskan sebagai berikut Artinya:  "Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Sesungguhnya Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang Paling Baik". (QS. Al-Mukminun : 40).
     Dalam ayat tersebut di atas, Al-Qur`an secara rinci mengemukakan berbagai fase perkembangan janin dalam rahim, sejak permulaan kehamilan ketika salah satu sel sperma yang membuahi ovum sang ibu yang telah matang. Dan pembuahan itu terbentuklah apa yang disebut dengan benih, atau apa yang oleh Al-Qur`an disebut"nutfah" (air mani). Kemudian ovum yang  telah dibuahi menjadi banyak dengan cara pembelahan. Jumlah sel-selnya pun semakin bertambah. Namun pada dua minggu pertama, perubahan yang terjadi belum begitu terasa. Pada ketika itulah terbentuk apa yang oleh Al-Qur`an disebut sebagai "alaqah" (segumpal darah). Sedangkan dalam (QS. Az-Zumar/39 : 6) disebutkan juga sebagai berikut : "…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan …" (QS. Az-Zumar/39 : 6).
     Menurut para ahli tafsir klasik, tiga kegelapan yang dikemukakan Al-Qur`an di atas, ialah kegelapan perut, kegelapan rahim, kegelapan plasenta. Sedangkan menurut tafsir-tafsir modern, maksud tegas kegelapan tersebut ialah : ovarium, tuba fallopi, dan rahim. Dari uraian fase perkembangan yang dikemukakan Al-Qur’an di atas, menunjukkan betapa Islam memperhatikan mengenai urgensi pendidikan prenatal. Sebab, sebagian besar proses pertumbuhan janin tersebut sangat bergantung pada kondisi internal sang ibu, yaitu kondisi fisik dan psikhisnya. Ibu dan janin/bakal anak itu merupakan satu unitas organics yang tunggal. Semua kebutuhan dari ibu dan bakal anak, dicukupi melalui proses fisiologis yang sama. Substansi fisi dari ibu mengalir pula ke dalam jasad janinnya. Unitas itu tidak hanya meliputi proses-proses kehidupan yang positif saja, akan tetapi juga menyangkut segi-segi destruktif. Tegasnya, kesejahteraan ibu, baik yang jasmaniah maupun yang rokhaniah, akan melimpahkan kesejahteraan bagi janinnya. Dan gangguan-gangguan pada diri ibu, baik yang bersifat fisik maupun psikhis (misalnya suatu penyakit yang parah atau gangguan emosional yang serius), akan mengganggu pula kondisi janinnya, menurut Agus Sujanto  dalam buku Psikologi Kepribadian, mengatakan bahwa pendidikan keluarga sebagai peletak batu pertama pembentukan kepribadian anak .[10] Selain dari ayat-ayat di atas, pendidikan pra natal juga di jelaskan dalam Hadits Nabi, diantaranya hadits yang berbunyi:
اَلشَّقِىٌّ مِنْ شَقِىٌّ فِى بَطْنِ اُمِّه (رواه مسلم عن عبدالله ابن مسعود)
Artinya: Anak yang celaka adalah anak yang telah mendapatkan kesempitan di masa dalam perut ibunya.
     Kata asy-syaqiyyu mengandung makna umum artinya penyiksaan yang dilakukan dengan sengaja untuk si bayi dalam rahim, tidak mendapat kehidupan yang layak, atau pembunuhan janin, melakukan penyiksaan kepada orang tua hamil yang berdampak pada bayi, atau melakukan kesalahan dalam hal makanan atau minuman atau penerimaan udara yang dihirup si ibu bayi, dan atau lain-lainnya yang berakibat patal kepada kelangsungan hidup dan kehidupan sang bayi dalam kandungan.
     Hadits di atas menegaskan bahwa apa yang terjadi pada ibu ketika bayi di dalam kandungan sangat berpengaruh terhadap kondisi si bayi,  dan pengaruh itu akan di bawa nanti ketika ia dilahirkan sampai dewasa. Oleh karena itu berdasarkan hadits tersebut maka berarti pendidikan dapat dilakukan sejak manusia dalam kandungan. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan  menunjukkan bahwa pemberian pendidikan pra lahir menunjukkan hasil yang signifikan. Penelitian F.Rene Van de Carr dkk, yang dilaksanakan di Bangkok menemukan hasil bahwa pendidikan pra natal mempercepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara spontan, mampu menoleh kearah orang tuanya, lebih tanggap terhadap musik, dan mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.[11] Disamping itu penelitian tersebut juga menghasilkan temuan bahwa
1.      Tampaknya ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada sekitar usia lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga dua tahun ketika stimulasi otak dan latihan-latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan bayi.
2.      Stimulasi pra lahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan bayi   dalam mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan.
3.      Bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir dapat lebih mampu mengontrol gerakan-gerakan mereka. Selain itu mereka juga lebih siap menjelajahi dan mempelajari lingkungan setelah lahir.
4.      Para orang tua yang telah berpartisifasi dalam  program pendidikan pra lahir menggambarkan anaknya
     Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak dapat  dididik/ diberi stimulus ketika masih dalam kandungan. Anak bisa menerima pendidikan sejak dari dalam kandungan juga didasarkan pada perkembangan bayi di dalam kandungan. Riyanti Aprilliawati menjelaskan fase-fase perkembangan bayi dalam kandungan sebagai berikut:
Minggu ke 1 dimana merupakan minggu terakhir sebelum kehamilan, pendarahan terakhir sebelum kehamilan. Pendarahan terjadi dan hormon-hormon tubuh pun tengah mempersiapkan sel telur untuk dilepaskan.
Minggu ke 2, uterus (dinding rahim) menebal dan mempersiapkan tahap ovulasi.
Minggu ke 3, masa ovulasi (pelepasan telur). Kehamilan mulai terjadi saat sperma dari laki-laki bertemu dengan sel telur di tuba falopi. Pembuahan memerlukan 4 hari. Setelah telur dibuahi maka dinamakan zygot.
Minggu ke 4, yaitu saat zygot menemukan tempat di dalam rahim. 
Minggu ke 5, bayi sudah mempunyai detak jantung sendiri, plasenta dan tali pusat sudah bekerja sepenuhnya. Vasikel-vasikel otak primer mulai terbentuk dan system mulai berkembang.
Minggu ke 6, Embrio terlihat seperti berudu. Bayi sudah dapat dikenali kepala, ekor, tangan dan anggota badan yang masih dalam tunas. Pada minggu ini merupakan pembentukan awal dari hati, pankerias, paru-paru kelenjar tiroid dan jantung
Minggu ke 7, jantung sudah terbentuk lengkap, saraf dan otot bekerja bersamaan untuk pertama kalinya. Bayipun mempunyai reflek dan bergerak spontan. Pada akhir minggu ke 7 ini otak akan terbentuk lengkap.
Minggu ke 8, embrio sudah berukuran panjang sekitar 25 -30 mm, lengan dan kaki sudah terbagi menjadi komponen paha, kaki, tangan, lengan, bahu. Telinga luar sudah terbentuk. Jaringan saraf di otak sudah berhubungan dengan lobi penciuman di otak.
Minggu ke 9, pada minggu ini perut dan rongga dada sudah terpisah dan otot mata dan bibir atas terbentuk
 Minggu ke 10, tulang sudah menggantikan kartilago, Diagpragma memisahkan jantung dan paru-paru dari perut. Otot leher terbentuk.  Otak berkembang cepat dalam bulan terakhir ini sehingga proporsi kepala lebih besar dari tubuh.
Minggu ke 11, organ sek luar sudah terbentuk, juga folikel-folikel rambut dan gigi terbentuk
 Minggu ke 12, Semua organ vital bayi sudah terbentuk. Dengan signal dari otak, otot akan merespon dan bayi sudah terbentuk.
Minggu ke 13, trakea, paru-paru, perut, hati, pancreas, dan usus berkembang ke fungsi terakhir. Pita suara mulai terbentuk, tunas gigi muncul.
Minggu ke 14, organ sek sudah dapat dibedakan, bayi sudah siap memberi respon terhadap dunia luar rahim ibunya. Bayi mungkin akan bergerak bila kita mengusap perut ibunya.
Minggu ke 15, bayi mulai dapat mendengar anda, mendengarkan denyut jantung anda. Bayi sudah mempunyai rambut di kepala, juga bulu mata dan alis.
Minggu ke 16, Otot bayi sudah berkembang dan menjadi kuat. Pada minggu ini jika sinar terang diletakkan di perut ibunya bayi akan menggerakkan tangan dan matanya.
Minggu ke 17, Bayi akan bergerak-gerak, kulit bayi berkembang dan transparan.Terlihat merah karena pembuluh darah masih terlihat jelas.
Minggu ke 18, Bayi sudah dapat mendengar suara dari tubuh anda. Bayi akan bergerak atau melompat ketka mendengar suara keras. Otot bayi sudah dapat berkontraksi dan relaks, bayi sudah menendang atau meninju.
Minggu ke 19, Bayi sudah berukuran 23 cm.
 Minggu ke 20,Otot bayi semakin kuat dan ia akan bergerak sekitar 200 kali sehari
Minggu ke 21,Bayi sudah sadar akan lingkungannya dan ia akan merasa lebih tenang ketika mendengar suara dan  sentuhan anda di perut.
Minggu ke 23, Ukuran kepala sudah sesuai dengan tubuhnya. Pertumbuhan otaknya sangat cepat.
 Minggu ke 24, Pendengaran bayi sudah terbentuk sempurna, bayi akan bergerak dengan suara music dari luar. Bayi mulai membentuk pola kapan saat tidur dan kapan saat bangun.
Minggu ke 25, Bayi mulai berlatih bernapas dengan menghirup dan menghembuskan cairan amnion.
Minggu ke 26, Bayi sudah mempunyai lemak di bawah kulit yang akan membantu mengontrol suhu tubuhnya pada saat lahir. Panjang bayi sekitar 28-32 cm.
Minggu ke 27, Mata bayi sudah terbuka dan mampu melihat sekelilingnya untuk pertama kali.
Minggu ke 28, Pada bayi laki-laki testis akan turun ke kantong skrotum.
Minggu ke 29, Posisi bayi dengan kepala ke bawah. Jaringan lemak terus terbentuk.
Minggu ke 30, Bayi mengisi hampir seluruh ruang rahim, otak berkembang sangat cepat.
Minggu ke 31,badan dengan dengkul dilipat, dagu di dadanya dan tangan dan kaki saling bersilang.
Minggu ke 32,  Bayi berada dalam posisi kepala di bawah sampai lahir
Minggu ke 33, Seluruh rambut bayi telah tumbuh.
Minggu ke 34, Terjadi pertumbuhan yang pesat pada otak. Bayi memberi respon terhadap suara yang familiar
Minggu ke 35, Bayi terus menambah cadangan lemak kulitnya, kepalanya sudah mulai memasuki panggul
Minggu ke 36, Mulai dari minggu ini bayi sudah mempunyai ukuran dari kematangan yang siap untuk lahir.
     Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa anak dapat didik ketika masih dalam kandungan dan pendidikan itu sudah bisa dilaksanakan ketika bayi di kandungan berusia 15 minggu. Pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan yang didalamnya terjadi interaksi anak sebagai manusia yang sempurna dengan orang yang berada disekitar anak yang masih dalam kandungan. Akan tetapi pendidikan tidak langsung dalam arti kondisi psikologis kedua orang tua dapat mempengaruhi calon bayi yang akan dilahirkan oleh seorang ibu dapat saja terjadi.
      Seorang ibu harus memiliki pemahaman dan keimanan  agama Islam yang kuat. Karena seorang anak mulai proses kehamilan, dalam kandungan, dilahirkan kedunia sampai ia dewasa selalu berada dalam lingkungan keluarganya yaitu ayah ibunya. Karena itulah keluarga  sangat menentukan pribadi anak dimasa yang akan datang. Bahkan Rasulullah menegaskan apa yang akan terjadi setelah anak dewasa apa ia menjadi Majusi, apakah ia menjadi Nasrani atau menjadi Yahudi sangat tergantung orang tuanya.
      Walaupun Islam menegaskan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, tetapi fitrah itu akan berubah menjadi tidak baik bila ia dibesarkan dalam lingkungan yang buruk dan fitrah itu akan berkembang subur bila ia tumbuh dalam lingkungan yang mendukungnya. Hal ini dapat dipahami karena mulai dalam kandungan anak sudah berinteraksi dengan kedua orang tua sampai ia dewasa interaksi itu setiap saat mempengaruhi dirinya sehingga terbentuk pribadinya.
e)    Tujuan, Materi dan Metode Pendidikan Anak Dalam Kandungan
      Sebagai fase awal dari kehidupan manusia, maka tujuan pendidikan dalam kandungan berarti memiliki tujuan yang sama dari pendidikan secara keseluruhan, yaitu membentuk manusia menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.  Untuk mencapai tujuan pendidikan bagi anak dalam kandungan, maka diperlukan metode khusus yang berbeda dengan metode mengajar bagi anak yang sudah dilahirkan. Adapun metode pendidikan yang dimaksud menurut Rusdiana dan M.Noor Fuadi adalah metode berbicara dan berkomunikasi, metode cerita, metode mengikut sertakan dengan ucapan dan metode doa dan dzikir dan metode kasih sayang.[12]
      Bila dicermati lebih dalam pendapat Rusdiana dan M. Noor Fuadi di atas, maka antara metode berbicara dan berkomunikasi sama saja dengan metode cerita. Bedanya hanya pada isi pesan yang disampaikan  yaitu pada metode berbicara dan berkomunikasi isi pesan yang disampaikan apa saja termasuk didalamnya adalah cerita-cerita sedangkan pada metode cerita, isi pesan hanya cerita. Oleh karena itu uraian berikut ini akan menguraikan masing-masing metode di atas, karena menurut penulis metode cerita kecuali sama dengan metode berbicara dan berkomunikasi.
1.    Metode Berbicara dan berkomunikasi.
     Sebagaimana di uraikan pada pembahasan terdahulu, maka sejak usia anak 3 bulan dalam kandungan sudah ditiupkan roh kedalam tubuhnya, dan pada usia anak 15 minggu anak sudah memiliki pendengaran yang sempurna, maka alat untuk berkomonikasi dengan anak hanya ada 2 yaitu dengan suara dan dengan sentuhan. Dari kedua bentuk komonikasi diatas, maka suara lah yang dapat menjadi andalan untuk terselenggaranya proses pendidikan. Oleh karena itu metode berbicara atau berkomunikasi dipandang metode yang efektif. Menurut F. Rene Van de  Carr, M.D & Marc Lehrer, berbicara dan berkomunikasi dengan anak dalam kandungan bukanlah berarti face to face, saling berhadapan dan saling memberikan respon berupa jawaban langsung, seperti seseorang berbicara dengan temannya, saling berhadapan, bertatap muka dan sejenisnya.[13]
     Metode berbicara di sini dimaksudkan adalah mengenalkan kata-kata dan kalimat selama anak dalam kandungan  dengan suara si ibu atau orang disekitarnya, dan perkataan itu hendaknya sering diulang-ulang, serta konsisten. Pengulangan kata-kata atau kalimat selama anak dalam kandungan bukan dimaksudkan agar si janin menjawab dan memahami kata-kata  tersebut setelah ia dilahirkan. Akan tetapi pengulangan kata-kata atau kalimat tersebut mempercepat pengenalan dan pemahaman kata-kata tersebut di usia dini setelah ia dilahirkan. Menurut hasil reset F.Rene dkk., anak yang diberi stimulasi pra lahir mengenal kata-kata dan menunjukkan kemampuan verbal jauh lebih dini dari pada yang tidak mendapat simulasi. Pendapat pakar lainnya yang senada dengan di atas adalah Fauzil Adhim yang menyatakan bahwa: pada masa hamil sering-seringlah orang tua menjalin komunikasi dengan bayi dalam kandungan, sehingga ibu dan ayah nantinya tidak asing lagi dengan dia ketika ia telah dilahirkan dari rahim ibu. Secara teknis berbicara dengan anak dalam kandungan dapat dilakukan dengan ibu berbaring telentang dengan sedikit miring agar berat badan di sebelah kiri. Posisi ini cenderung meningkatkan sirkulasi darah kedalam rahim yang akan bermanfaat bagi janin selama masa berkomunikasi. Si ibu boleh juga duduk, berdiri atau mengatur diri sesuai dengan posisi yang memungkinkan pada saat itu aktivitas berbicara dengan janin dapat dilakukan. Posisi lainnya yang juga di anggap efektif oleh para peneliti pra lahir adalah berendam di bak penuh dengan air hangat dengan leher dan dagu di atas permukaan air.
     Dalam rangka menamkan Tauhid maka katakanlah “ La ilaha Illallah “ kemudian katakan, nak Tuhan kita adalah Allah dan tiada Tuhan selain Allah. Kemudian ucapkan ” Muhammad rasulullah “ wahai anakku, Muhammad saw. adalah Rasul Allah. Dan teruskanlah berkata-kata dan berbicara dengan anak, sisihkan waktu setiap hari beberapa menit atau beberapa jam untuk berkomunikasi dengan anak. Demikian pula untuk pada saat hamil ibu sangat baik selalu membaca al Qur’an, resapi maknanya dengan seluruh keikhlasan.
     Isi komunikasi dengan janin bisa juga berbentuk cerita-cerita. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pembacaan cerita pada bayi yang masih dalam kandungan adalah terjadi peningkatan perkembangan intelektual dan kematangan pada bayi. Dalam Islam banyak cerita yang bisa dijadikan bahan komunikasi dengan anak, seperti cerita yang ada dalam Al-Qur’an, cerita dalam Hadits Rasulullah, atau cerita para sahabat Nabi Muhammad sw. Dalam al Qur’an ada cerita Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Nuh, Nabi Yunus dan lain. Adapula cerita manusia durhaka seperti Fir’aun, Haman, Qarun. Dalam hadits ada cerita Nabi Khaidir, cerita Jibril, cerita Juraid dan lain-lain. Demikian pula banyak cerita sifat-sifat sahabat yang patut diteladani seperti Abubakar, Umar, Usman, Muaz bin Jabbal , Amru Bin Ash dan lain-lain.
2.    Mengikut Sertakan dengan Ucapan
     Mengikut sertakan dengan ucapan yaitu mengajak anak dalam kandungan dengan menggunakan kata-kata untuk bersama-sama melakukan perbuatan-perbuatan baik, atau amal-amal shaleh atau ibadah-ibadah yang akan dikerjakan oleh ibu yang mengandung nya. Banyak prilaku harian yang bisa dimanfaatkan oleh ibu yang sedang mengandung untuk mendidik anaknya yang masih dalam kandungan. Misalnya melaksanakan wudhu, shalat, membaca al Qur’an, menghadiri majlis ta’lim dan lain-lain. Ketika ibu ingin mengambil air wudhu hendaknya ibunya yang mengandung berkata : “Nak, ayo kita sama-sama mengambil air wudhu”. Ketika ibunya akan melaksanakan shalat maka hendaknya ibunya mengatakan: “ Nak mari kita melaksanakan shalat”.
3.    Metode Do’a dan Zikir
     Kita diperintahkan untuk berzikir kepada Allah unruk selalu mengingat akan kekuasaan dan kebesaranNya sehingga kita bisa terhindar dari penyakit sombong dan takabbur.[14] Do’a dalam Islam sangat di anjurkan, apalagi seorang ibu yang sedang mengandung. Pada  saat mengandung dimana bayi selalu berada dalam dirinya maka semakin besar kandungannya semakin berat kondisi sang ibu. Pada saat itu sangat baik untuk mendo’a kan anaknya. Menurut Ummu Abdillah Naurah dalam bukunya “ Wirid Ibu Hamil “[15], yang dikutif oleh Rusdiana menegaskan beberapa do’a yang dianjurkan untuk di baca bagi orang tua yang sedang hamil adalah:
a. Membaca Qur’an Surah Al A’raf ayat 54-56, S. Al Falaq dan Surah Al Naas
b. Membaca Qur’an Surah Al Ahqaf ayat 35, Al Naziat 46 dan Surah Yusuf 111
c. Kemudian membaca doa bagi ibu hamil
     Sedangkan zikir  merupakan ibadah yang sangat di anjurkan. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah bahwa orang yang berzikir akan diangkat derajatnya disisi Allah. Zikrullah  lebih baik dari menginfakkan emas dan perak. Zikrullah lebih baik dari berjuang melawan musuh.
4.    Metode Kasih Sayang
     Istri yang sedang mengandung maka harus lebih diperhatikan dan lebih disayangi oleh suaminya, supaya istri menjadi tenang. Karena ketenangan dan kebahagiaan istri akan berpengaruh pada janin bayi, Suami dan seisi rumah menjaga prilaku sedemikian rupa supaya tidak menyakiti hati istrinya.














D.      Kesimpulan
      Pendidikan anak dalam kandungan merupakan usaha secara sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa (sebagai pendidik) dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia agar dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan, yang dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan ibu (pranatal) sampai anak tersebut lahir ke dunia.
     Pendidikan pranatal bersifat peneladanan atau pembiasaan orang tua. Sikap dan apapun perbuatan orang tua pada saat anak masih dalam kandungan ataupun sudah lahir sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Jadi orang tua harus selalu menjaga sikap dan tingkah lakunya agar tetap sesuai dengan ajaran agama sebagai upaya pendidikan anak dalam kandungan (pendidikan pranatal).
      Adapun tujuan pendidikan dalam kandungan adalah membantu orang tua dan anggota keluarga memberikan lingkungan lebih baik bagi bayi, memberikan peluang untuk belajar dini dan mendorong perkembangan hubungan positif antara orang tua dan anak yang dapat berlangsung selama-lamanya. Jadi jelaslah bahwa tujuan dari pendidikan pranatal sesuai dengan fase perkembanganya, adalah untuk memberikan kesempatan bagi individu belajar lebih dini, yang diberikan melalui stimulus oleh orang tua dan anggota keluarga yang lain, untuk mengenalkan lingkungan sekelilingnya, agar setelah kelahirannya bayi sudah merasa lebih mengenal lingkungan yang ada di sekelilingnya. Adapun metode yang digunakan dalam pendidikan anak dalam kandungan yaitu:
1.      Metode Berbicara dan berkomunikasi.
2.      Mengikut Sertakan dengan Ucapan
3.      Metode Do’a dan Zikir
4.      Metode Kasih Sayang







Daftar Pustaka

Abdillah Naurah Ummu, 2005,  Wirid Ibu Hamil, Pustaka Arafah
Departemen P Dan K, 1993, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Indonesia: Balai Pustaka
Dewey, John , 1994. Democracy and Education the Macmillan Company,  New York
F.Rene Van de Carr, MD. & Marc Lehrer, 2003, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Bandung:  Kaifa
Hery Noer Aly dan Munzir. S, 2000, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani
H.M Arifin. 1976, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, Jakarta: Bulan Bintang
Idris, Zahara, 1992, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. Grasindo
Rusdiana dan M. Noor Fuady, 2009, Model Pendidikan Anak Dalam Kandungan,  Banjarmasin: Antasari Press
Sujanto, Agus, dkk, 1997, Psikologi Kepribadian, Jakarta: PT Bumi Aksara
Surtiretna,Nina, 2002, Bimbingan Seks Suami Istri “Pandangan Islam dan Medis”, Cet. IX, Bandung: Rosda Karya
Tafsir, Ahmad,  2000, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosda Karya
Tirmidzi Abdul Majid, M. Amin, Aziz, 2004, Analisis Zikir dan Doa, Jakarta: Pinbuk Press.
UU RI no. 2/1989, 1992, Sistem Pendidikan Nasional, Semarang: Aneka Ilmu








                                      


[1] John Dewey, Democracy and Education the Macmillan Company, ( New York, 1994 ), Hal 10.
[2] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, ( Bandung: Rosda Karya, 2000 ), Hal. 28.
[3] H.M Arifin. M.Ed, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama,( Jakarta: Bulan Bintang, 1976 ), Hal.10
[4] H. Zahara Idris. Pengantar Pendidikan,( Jakarta: PT. Grasindo, 1992 ), Hal .9
[5] UU RI no. 2/1989, Sistem Pendidikan Nasional,( Semarang Aneka Ilmu, 1992 ) , Hal. 2
[6] Departemen P Dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Indonesia: Balai Pustaka,1993 ), Hal. 699
[7] Hery Noer Aly dan Munzir. S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), Hal. 203

[8] Nina Surtiretna, Bimbingan Seks Suami Istri “Pandangan Islam dan Medis, (Bandung: Rosda Karya, 2002), Cet. IX, Hal.5
[9] Nina Surtiretna, Op.Cit, Hal.5-9


[10] Agus Sujanto, dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1997 ), Hal 8-10.
[11] F.Rene Van de Carr, MD. & Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, ( Bandung: Kaifa,2003 ), Hal 34.

[12] Rusdiana dan M. Noor Fuady, Model Pendidikan Anak Dalam Kandungan, ( Banjarmasin: Antasari Press, , 2009 ). Hal.
[13] F.Rene Van de Carr, MD. & Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, ( Bandung:  Kaifa, 2003 ), Hal  68.

[14] M. Amin, Aziz, Tirmidzi Abdul Majid, Analisis Zikir dan Doa, ( Jakarta: Pinbuk Press, 2004 ), Hal 1.
[15] Ummu Abdillah Naurah, Wirid Ibu Hamil, ( : Pustaka Arafah, 2005 ), Hal
google-site-verification: googlea743a454ab97a2af.html

PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI DALAM ISLAM

A. Pengertian ekonomi islam Ekonomi islam secara terminologi dalam bahasa arab berarti al-iqtisad al-islami yang berarti ekonomi yang bersif...