Senin, 12 Desember 2016

PERMASALAHAN BELAJAR MENURUT ISLAM

TUGAS MID
PERMASALAHAN BELAJAR MENURUT ISLAM


Mata Kuliah : Ilmu Jiwa Belajar
Dosen Pengampuh : Azwar Hadi, S.Ag.,M.Pd.I
Disusun Oleh
Nama             : Farezi
Nim                : 622014035
Kelas              : A
Jam pelajaran : 08:30


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2016/2017




















躕♚ ABSTRAK
Tujuan yang akan dicapai yaitu untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dan mengetahui kesulitan belajar dalam pandangan Islam. Kesulitan belajar atau disleksia adalah suatu sindroma kesulitan belajar mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintergrasikan komponen komponen kata dan kalimat dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa. Seseorang yang sedang mengalami kesulitan belajar harus memiliki 6 syarat agar mudah mendapatkan ilmu, yaitu cerdas, semanagat, sabar, memiliki biaya, ada guru, dan dalam waktu yang lama.
 Kata Kunci: kesulitan belajar, pandangan islam







BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
        Pada umumnya kesullitan belajar  merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai hasil belajar/tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk mengatasinya. Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku baik secara langsung ataupun tidak langsung. Gejala ini akan nampak dalam aspek- aspek kognitif, motoris dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai.
       Di antara gejala-gejala tersebut antara lain adalah menunjukkan hasil belajar yang rendah, dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi nilai rendah, dan lain sebagainya.

B.  Rumusan Masalah
1.        Apa itu kesulitan – kesulitan dalam belajar ?
2.        Apa Saja Upaya-Upaya untuk mengatasi kesulitan belajar ?










BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian kesulitan belajar
       Kesulitan adalah keadaan yang sulit, dalam kesulitan dan dalam kesusahan. Dalam hal ini, berarti kesulitan mengandung makna sulit berbuat sesuatu yang berarti suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu kegiatan, dimana kesulitan yang dimaksud dalam kajian ini adalah kesulitan belajar yang berarti kesulitan tersebut kepada aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ambo Enre Abdullah Kesulitan adalah suatu kondisi tertentu yang ditandai adanya hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih keras untuk mengatakannya.
      Sedangkan  Pengertian Belajar ini dikemukakan beberapa definisi mengenai belajar, diantaranya Moh.Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengartikan “belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.[1] Nana Sudjana mengatakan “belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu”.[2] Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan olehpara ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatuperubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan.Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya(kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif).
      Adapun pengertian Kesulitan belajar menurut para ahli, menurut Hammil “menunjuk pada sekelompok kesulitan yang memanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengar, mencakup-cakup,membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi tertentu.  Menurut Warkitri ddk. menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Sementara itu Siti Mardiyanti dkk menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
      Setiap individu pada prinsipnya memang tidak sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagaikeadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi. Dengan demikian IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditunjukkan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, siswa yang berkategori di luar rata-rata itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kepasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi.
       Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku baik secara langsung ataupun tidak langsung. Gejala ini akan nampak dalam aspek- aspek kognitif, motoris dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Di antara gejala-gejala tersebut antara lain adalah menunjukkan hasil belajar yang rendah, dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya, hasil yang dicapai
       Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang murid dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan kriteria seperti yang dinyatakan dalam tujuan instruksional khusus atau ukuran kapasitas belajarnya) dalam batas-batas waktu tertentu. Sedangkan secara garis besar, faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ada tiga yaitu karena kerusakan otak, gangguan emosional, dan pengalaman. Tidak jauh berbeda dengan konsep psikologi, dalam Islam, kesulitan belajar juga dipengaruhi oleh beberapa factor. Yaitu terdapat factor internal dan factor eksternal. Hanya saja dalam konsep Islam faktor-faktor tersebut dijelaskan lebih detail mengapa individu mengalami kesulitan belajar dan sulit mendapatkan ilmu, serta memberikan motivasi bagi siapapun untuk selalu berusaha. Karena barang siapa yang berusaha sungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkan apa yang diinginkan.
      Oleh karena itulah pada kesempatan ini, penulis akan menjabarkan konsep kesulitan belajar menurut Islam yang diambil dari beberapa referensi yang menjadi rujukan orang Islam dalam melakukan proses belajar mengajar (ta’lim muta’alim). Mulai dari factor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar, hingga tips-tips agar belajar lebih mudah. Belajar merupakan aktifitas yang penting dalam Islam. Belajar di sini mengarah pada setiap sesuatu yang positif. Dan hukumnya wajib bagi setiap orang muslim. Begitu pentingnya belajar, sehingga Rosulullah Muhammad saw menyuruh manusia untuk belajar mulai dari buaian hingga di liang lahat (اطلبوا العلم من المهد الى اللحد).
B.     Jenis-jenis kesulitan belajar.
1.   Learning disability
     Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:
a.        Disleksia (dyslexia) yakni ketidak mampuan belajar membaca.
      Membaca merupakan aktivitas audiovisual untuk memperoleh makna dari symbol berupa huruf atau kata. Aktivitas ini meliputi dua proses, yakni proses decording, juga dikenal dengan istilah membaca teknis, dan proses pemahaman. Membaca teknis adalah proses pemahaman atas hubungan antar huruf dan bunyi atau menerjemaahkan kata-kata tercetak menjadi bahasa lisan atau sejenisnya.
Berdasarkan hasil penelitian di negara maju, lebih dari 10% murid sekolah mengalami kesulitan membaca. Kesulitan membaca ini menjadi penyebab utama kegagalan anak di sekolah. Hal ini dapat dipahami, karena membaca merupakan salah satu bidang akademik dasar, selain menulis dan menghitung. Kesulitan membaca juga menyebabkan anak merasa rendah diri, untuk termotivasi belajar, dan sering juga mengakibatkan timbulnya perilaku menyimpang pada anak.
     Hal ini terjadi karena dalam masyarakat yang semakin maju, kemampuan membaca merupakan kebutuhan, karena sebagian informasi disajikan dalam bentuk tertulis dan hanya dapat diperoleh melalui membaca. Kesulitan belajar membaca sering disebut disleksia. Kesulitan belajar membaca yang berat disebut aleksia. Kemampuan membaca tidak hanya merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang akademik, tetapi juga untuk meningkatkan keterampilan kerja dan memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat secara bersama. Ada dua jenis pelajaran membaca, yaitu membaca permulaan atau membaca lisan, dan membaca pemahaman. Mengingat pentingnya kemampuan membca bagi kehidupan, kesulitan belajar membaca hendaknya ditangani sedini mungkin. Ada dua tipe disleksia, yaitu disleksia auditoris dan disleksia visual.
Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan) atau memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan, utama, urutan peristiwa, atau topik sebuah bacaan). Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya. Sebagian ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunyi-bunyi bahasa (fonem) merupakan dasar bagi keterlambatan kemampuan membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya.
b.      Disgrafia, yakni ketidakmampuan belajar menulis.
      Kesulitan belajar menulis disebut juga sisgrafia, kesulitan belajar menulis yang berat disebut arafia. Ada tiga jenis pelajaran menulis, yaitu menulis permulaan, mengeja atau dikte, dan menulis ekspresif. Kegunaan kemampuan menulis bagi seorang siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Oleh karena itu, kesulitan belajar menulis hendaknya dideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
      Tujuan utama pengajaran menulis adalah keterbacaan. Untuk dapat mengkomunikasikan pikiran dalam bentuk tertulis, pertama-tama anak harus dapat menulis dengan mudah dan dapat membaca. Oleh karena itu pengajaran menulis pada tahap awal difokuskan pada cara memegang alat tulis dengan benar, menulis huruf balok dan huruf bersambung dengan benar, dan menjaga jarak dan proporsi huruf secara benar dan konsisten.
      Kesulitan menulis yang dialami anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya gangguan motorik, gangguan emosi, gangguan  persepsi visual, atau gangguan ingatan. Gangguan gerak halus dapat menganggu keterampilan menulis, misalnya seorang anak mungkin mengerti ejaan suatu kata, tetapi ia tidak dapat menulis secara jelas atau mengikuti kecepatan gurunya, hal ini dapat berakibat pada penguasaan bidang studi akademik lain.
c.       Diskalkulia (dyscalculia) yakni ketidakmampuan belajar matematika.
      Berhitung adalah salah satu cabang matematika, ilmu hitung adalah suatu bahasa yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara berbagai proyek, kejadian, dan waktu. Ada orang yang beranggapan bahwa berhitung sama dengan matematika. Anggapan semacam ini tidak sepenuhnya keliru karena hampir semua cabang matematika yang menurut Moris kline berjumlah delapan puluh cabang besar selalu ada berhitung. Kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia.
      Kesulitan belajar berhitung yang berat disebut akalkulia. Ada tiga elemen pelajaran berhitung yang harus dikuasai oleh anak. Ketiga elemen tersebut adalah konsep, komputasi, dan pemecahan masalah. Seperti halnya bahasa, berhitung yang merupakan bagian dari matematika adalah sarana berpikir keilmuan. Oleh karena itu, seperti halnya kesulitan belajar bahasa, kesulitan berhitung hendaknya dideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Kesulitan belajar berhitung merupakan jenis kesulitan belajar terbanyak disamping membaca. Padahal seperti halnya keterampilan membaca, keterampilan menghitung merupakan sarana yang sangat penting untuk menguasai bidang studi lainnya.
     Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minmal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak
1.      Ciri-ciri learning disabilities:
a.       Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca.
b.      Lambat dalam mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucaannya.
c.        Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan daya ingat.
d.      Implusif yaitu bertindak tanpa difikir dahulu.
e.       Sulit berkosentrasi.
2.       Penyebab learning disabilities
a.       Faktor keturunan (genetik) dan gangguan koordinasi pada otak.
b.      Kira-kira 14 area di otak berfungsi saat membaca, ketidakmampuan dalam belajar disebabkan karena ada gangguan diarea otaknya.
2. Under achiever
       Rimm menyatakan ketika siswa tidak menampilkan potensinya, maka ia termasuk underachiever. Semiawan menyebutkan”underachievement adalah kinerja yang secara signifikan berada di bawah potensinya”.[3] Makmun juga mengungkapkan bahwa yang dimaksud ”underachiever adalah mereka yang prestasinya ternyata lebih rendah dari apa yang diperkirakan berdasar hasil tes kemampuan belajarnya”.[4]
a.  Ciri-ciri under achiever:
1)      Prestasi tidak konsisten: kadang bagus, kadang tidak.
2)      Tidak menyelesaikan pekerjaan rumah (PR).
3)      Rendah diri.
4)      Takut gagal (atau sukses).
5)      Takut menghadapi ulangan.
6)      Tidak punya inisiatif.
7)      Malas, bahkan depresi.
b.   Penyebab under achiever
Penyebab underachiever, Butler-Por menyatakan bahwa underachievement bukan disebabkan karena ketidakmampuan untuk melakukan suatu dengan lebih baik,tetapi karena pilihan-pilihan yang dilakukan dengan sadar atau tidak sadar.
3.   Slow leaner
Pengertian slow leaner menurut para ahli :
a.  Chaplin
Slow learning yaitu suatu istilah nonteknis yang dengan berbagai cara dikenakan pada anak-anak yang sedikit terbelakang secara mental, atau yang berkembang lebih lambat daripada kecepatan normal.
b. Burton
Slow learning adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang.
1)  Ciri-ciri slow learning
Karakteristik dari individu yang mengalami slow learning :
a.    Fungsi kemampuan di bawah rata-rata pada umumnya.
b.    Memiliki kecanggungan dalam kemampuan menjalin hubungan intrapersonal.
c.    Memiliki kesulitan dalam melakukan perintah yang bertahap.
d.   Tidak memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya
e.    Memiliki berbagai kesulitan internal seperti; keterampilan mengorganisasikan, kesulitan transfer belajar, dan menyimpulkan infromasi.
f.     Memiliki skor yang rendah dengan konsisten dalam beberapa tes.
g.    Memiliki pandangan mengenai dirinya yang buruk.
h.    Mengerjakan segalanya secara lambat.
i.      Lambat dalam penguasaan terhadap sesuatu.
2)    Penyebab slow learning
a)  Kemiskinan
Kemiskinan merupakan factor utama dari slow learning di negara berkembang. Kemiskinan menyababkan banyak kekurangan mental dan moral yang pada akhirnya mempengaruhi performa siswa. Seperti ungkapan “di badan yang sehat terdapat pikiran yang sehat”.
b)  Factor emosional
Semua anak pasti mengalami permasalahan emosional, tetapi slow learner mengalami permasalahan yang serius dan untuk waktu yang lama sehingga sangat mengganggu proses belajar mereka. Permasalahan emosional ini berakibat pada prestasi akademis yang rendah, hubungan interpersonal yang tidak baik, dan harga diri yang rendah. Bagian penting dalam perkembangan personal, social dan emosional adalah konsep diri dan harga diri.
c)  Factor pribadi
Factor pribadi meliputi kelainan bentuk fisik (deformity), kondisi patologi/ penyakit badan, dan kekurangan penglihatan, pendengaran dan percakapan dapat mengarah pada slow learning. Factor pribadi juga meliputi penyakit yang lama atau ketidakhadiran di sekolah untuk waktu yan lama ddan kurangnya kepercayaan diri. Ketika mereka lama tidak masuk sekolah tentu saja mereka akan tertinggal dari teman mereka. Hal ini pada akhirnya mempengaruhi kepercayaan diri mereka dan menciptakan kondisi yang mengarah pada slow learning.


C.  Konsep Belajar menurut Tokoh-Tokoh Islam
1. Al-Ghazali
      Beliau merupakan seorang filsuf pendidikan di kalangan Islam. Dalam pemahaman beliau pendekatan belajar dalam mencari ilmu dapat dilakukan dengan melakukan dua pendekatan, yakni ta’lim insani dan ta’lim rabbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan manusia. Pendekatan ini merupakan hal yang lazim dilakukani oleh manusia dan biasanya menggunakan alat indrawi yang diakui oleh orang yang berakal. Menurut Al Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi eksplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Dalam proses ini, anak didik akan mengalami proses mengetahui yaitu proses abstraksi.[5]
2.  Al-Zarnuji 
      Menurut al-Zarnuji, belajar bernilai ibadah dan mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Karenanya, belajar harus diniati untuk mencari ridha Allah, kebahagiaan akhirat, mengembangkan dan melestarikan Islam, mensyukuri nikmat akal, dan menghilangkan kebodohan. Dimensi duniawi yang dimaksud adalah sejalan dengan konsep pemikiran para ahli pendidikan, yakni menekankan bahwa proses belajar-mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan pada tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan atau pembelajaran, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
      Adapun dimensi ukhrawi, Al-Zarnuji menekankan bahwa belajar sebagaiproses untuk mendapat ilmu hendaknya diniati untuk beribadah. Artinya, belajar sebagai manifestasi perwujudan rasa syukur manusia sebagai seorang hamba kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan akal. Lebih dari itu, hasil dari proses belajar-mengajar yang berupa ilmu (kemampuan dalam tiga ranah tersebut), hendaknya dapat diamalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemaslahatan diri dan manusia. Buah ilmu adalah amal. Pengamalan serta pemanfaatan ilmu hendaknya dalam koridor keridhaan Allah, yakni untuk mengembangkan dan melestarikan agama Islam dan menghilangkan kebodohan, baik pada dirinya maupun orang lain. Inilah buah dari ilmu yang menurut al-Zarnuji akan dapat menghantarkan kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat kelak. Menurut Al-Zarnuji, seseorang yang sedang belajar harus memiliki 6 syarat agar mudah mendapatkan ilmu. Jika 6 sayarat tersebut tidak dipenuhi, individu akan mengalami kesulitan belajar. Berdasarkan pendapat al-Zarnuji 6 faktor yang jika salah satunya tidak terpenuhi, maka individu akan mengalami kesulitan belajar, yaitu :
1.        cerdas
2.        semangat
3.        sabar
4.        memiliki biaya
5.        ada guru
6.        dalam waktu yang lama/kontinuitas.

























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
       Kesulitan adalah keadaan yang sulit, dalam kesulitan dan dalam kesusahan. Dalam hal ini, berarti kesulitan mengandung makna sulit berbuat sesuatu yang berarti suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu kegiatan, dimana kesulitan yang dimaksud dalam kajian ini adalah kesulitan belajar yang berarti kesulitan tersebut kepada aktivitas belajar. Nana Sudjana mengatakan “belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.
       Kesulitan belajar menurut para ahli, menurut Hammil “menunjuk pada sekelompok kesulitan yang memanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengar, mencakup-cakup,membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi tertentu. Berdasarkan pendapat al-Zarnuji 6 faktor yang jika salah satunya tidak terpenuhi, maka individu akan mengalami kesulitan belajar, yaitu :
1.        cerdas
2.        semangat
3.        sabar
4.        memiliki biaya
5.        ada guru
6.        dalam waktu yang lama/kontinuitas.






DAFTAR PUSTAKA
semiawan Conny, 1997.Perspektif pendidikan anak berbakat, Jakarta : Grasido.

Makmun Abin Syamsuddin, 2001. psikologi pendidikan.Banddung : PT.Remaja Rosdakarya.
Juwariyah,  2010Dasar-dasar pendidikan anak dalam Al-Qur’an., Yogyakarta: Teras.
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 2002Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Sudjana,Nana,  1987, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Balai Pustaka.



[1] Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), Hal.4
[2] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Balai Pustaka, 1987), Hal.28.

[3] Conny Semiawan, Perspektif pendidikan anak berbakat, ( jakarta : grasido, 1997 ).Hal 209
[4] Abin Syamsuddin Makmun, psikologi pendidikan.( Banddung : rosda,2001 ).  Hal 274
[5] Juwariyah.. Dasar-dasar pendidikan anak dalam Al-Qur’an. (Yogyakarta: Teras, 2010 ). Hal 96

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI DALAM ISLAM

A. Pengertian ekonomi islam Ekonomi islam secara terminologi dalam bahasa arab berarti al-iqtisad al-islami yang berarti ekonomi yang bersif...