Senin, 12 Desember 2016

Hakikat Pendidikan Nilai dan Pendidikan Agama Islam

PAI Sebagai Pembelajaran Nilai :
Hakikat Pendidikan Nilai dan Pendidikan Agama Islam


Mata Kuliah
Ilmu Jiwa Belajar
Dosen Pembimbing : Azwar Hadi, M.Pd.I
Di susun oleh :
Kelompok 3
Farezi ( 622014035 )
                Aji Wahyu Ramadhan ( 622014028 )



FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2016/2017
















A. Pendahuluan
      Relevansi antara nilai dengan pendidikan sangat erat. Nilai dilibatkan dalam setiap tindakan pendidikan, baik dalam memilih mapun dalam memutuskan setiap hal untuk kebutuhan belajar. Melalui persepsi nilai, guru dapat mengevaluasi siswa. Demikian pula sebaliknya, siswa dapat mengukur kadar nilai yang disajikan guru dalam proses pembelajaran. Masyarakat juga dapat merujuk sejumlah nilai (benar salah, baik-buruk, indah-tidak indah) ketika mereka mempertimbangkan kelayakan pendidikan yang dialami oleh anaknya.
      Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam bentuk persepsi, sikap, keyakinan dan tindakan manusia dalam pendidikan, nilai selalu disertakan. Bahkan melalui nilai itulah manusia dapat bersikap kritis terhadap dampak-damapak yang ditimbulkan pendidikan—termasuk pendidikan agama Islam. Di sisi lain, nilai juga diposisikan sebagai muatan pendidikan. Bahkan, sebagai media kritik bagi setiap orang yang berkepentingan dengan pendidikan (stakeholders) dalam mengevaluasi proses dan hasil pendidikan.
B.  Hakekat Pendidikan Nilai PAI
      Sebelum menjelaskan definisi pendidikan nilai, ada baiknya dijelaskan definisi pendidikan dan nilai. Karena pada pendidikan nilai dirumuskan dari dua pengertian dasar  yang terkandung dalam term pendidikan dan term nilai. Term pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Inggris “education”, yang akar katanya berasal dari bahasa Latin “educere” berarti memasukkan sesuatu. Barangkali yang dimaksud adalah memasukkan ilmu ke kepala seseorang.[1] Jadi di sini ada tiga hal yang terlibat, yaitu: ilmu, proses memasukkan dan kepala orang kalaulah ilmu itu memang masuk ke kepala. Dalam bahasa Arab, menurut Zakiah Daradjat[2] pendidikan berasal dari kata “Tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata kerja “rabba” sudah digunakan sejak zaman nabi Muhammad saw. seperti terlihat dalam al-Quran: Artinya: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al-Isra: 24). Tentang nilai, secara etimologi berasal dari kata value dalam bahasa Arab al-Qiyamah dalam bahasa Indonesia berarti nilai.[3] Dalam bahasa Latin (berguna, mampu, akan, berdaya, berlaku dan kuat) termasuk dalam kajian filsafat. Jadi pada hakekatnya, nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada obyek, bukan obyek itu sendiri. Sesuatu dikatakan mengandung nilai jika memiliki sifat atau kualitas yang melekat padanya. Dengan demikian, nilai adalah suatu keyataan ‘tersembunyi’ di balik kenyataan-kenyataan lainnya. Nilai ada karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai.
      Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk  menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, untuk selanjutnya mengambil keputusan. Keputusan itu merupakan keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila berguna/berharga (nilai kegunaan), benar (nilai kebenaran), baik (nilai moral, dan etika), religius (nilai agama). Dari definisi tentang pendidikan dan nilai yang beragam, maka berimplikasi pada beragamnya definisi pendidikan nilai—jika digabungkan, yang beragam pula. Misalnya dikemukakan oleh Sastrapratedja yang dikutip oleh Kaswardiyang dimaksud dengan pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang.[4] Dalam pengertian yang sama Mardiatmadja sebagaimana dikutp oleh Rohmat Mulyana mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Dua ahli pendidikan itu memiliki pandangan yang sama bahwa pendidikan nilai tidak hanya merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, tetapi mencakup pula keseluruhan proses pendidikan. Dari definisi di atas dapat ditarik suatu definisi pendidikan nilai yang mencakup keseluruhan aspek sebagai pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Jika definisi ini direlevansika dengan Pendidikan Agama Islam, tentu pengajaran atau bimbingan tentang nilai yang akan ditanamkan kepada peserta didik adalah penanaman nilai melalui PAI.
C.  Ruang Lingkup Pendidikan Nilai dalam PAI
      Ruang lingkup PAI meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama, hubungan manusia dengan makhluk lain dan linkungannya. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran PAI, meliputi tujuh unsur pokok, yaitu Keimanan, Ibadah, Al-Quran, Akhlaq, Muamalah, Syariah, dan Tarikh.
D.  Dasar Pendidikan Nilai PAI
PAI memiliki dua sumber/dasar dalam pelaksanaan aktivitasnya, yaitu:
1.        Dasar/Sumber Ideal
Dasar/sumber ideal PAI adalah: 1) al-Quran, 2) al-Hadits, 3) Kata-kata sahabat, 4) kemasyarakatan ummat (sosial), 5) Nilai-nilai dan adat kebiasaan masyarakat dan 6) Hasil pemikiran para pemikir Islam. Keenam dasar ideal tersebut merupakan hierarki yang tidak dapat diubah susunannya, walaupun hakekatnya keseluruhan dasar itu telah mengkristal dalam al-Quran dan Hadits.
2.        Dasar/Sumber Operasional
Dasar operasional PAI adalah merupakan dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal. Menurut Hasan Langgulung, dasar operasional dari PAI adalah:
a)  Dasar Historis, yaitu dasar yang memberikan persiapan kepada pendidik dengan hasil-hasil pegalaman masa lalu, undang-undang dan peraturan-peraturannya, batas-batas dan kekurangan-kekurangannya.
b)  Dasar Sosial, yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya yang pendidikannya itu bertolak dan bergerak. Seperti memindah budaya, memilih dan mengembangkannya.
c)  Dasar Ekonomiyaitu dasar yang memberikan perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan, materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya dan bertanggung jawab terhadap anggaran pembelajaran.
d)  Dasar Politik dan Administrasi, yaitu dasar yang memberikan bingkai ideologi (aqidah) dasar, yang digunakan sebagai dasar bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.
e)  Dasar Psikologi, yaitu dasar yang memberikan informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian dan penilaian serta pengukuran dan bimbingan.
f)  Dasar Filosofis, yaitu dasar yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah satu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.[5]
E.  Tujuan Pembelajaran Nilai PAI
       Apabila pendidikan kita dipandang sebagai suatu proses, maka prose tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan pendidikan. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan, pada hakekatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dari dalam pribadi manusia yang diinginkan. Ahmad D. Marimba menjelaskan, bahwa tujuan akhir biasanya dirumuskan secara padat dan singkat, seperti “terbentuknya kepribadian muslim” [6] Pendidikan agama Islam dalam realisasi pengajarannya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu adalah untuk meningkatkan ketaqwaan siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, artinya menghayati dan mengamakan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial kemasyarakatan dan menjadi warga negara yang baik. Tujuan ini secara berjenjang harus tercermin secara hirarkhis pada tujuan institusional (kelembagaan), tujuan kurikuler bidang studi tertentu, misalnya PAI, Standar kompetensi pokok bahasan tertentu sampai kepada KD dan indikatornya.
F. Peran Pengajaran Nilai PAI
1.        Peran Pembelajaran Nilai dalam Pendidikan Nasional
Rendahnya mutu pendidikan nasional tidak hanya disebabkan oleh kelemahan pendidikan dalam membekali kemampuan akademis kepada peserta didik. tetapi secara umum persoalan itu muncul karena pendidikan nilai selalu menghadapi sejumlah tantangan yang kian hari kian kompleks. Beberapa penyebab itu antara lain; Pertama, masih kukuhnya pengaruh paham behaviorisme dalam sistem pendidikan kita. Kedua, kapasitas mayoritas pendidik kita dalam mengangkat struktur dasar bahan ajar masih relatif rendah. Ketiga, Tuntutan zaman yang makin pragmatis. Keempat, terdapat sikap dan pendirian yang kurang menguntungkan bagi tegaknya demokratisasi pendidikan. Kendala-kendala itu harus menjadi dasar pertimbangan pembaharuan pendidikan kita yang cenderung sedang mengalami pergeseran makna pendidikan ke pengajaran.
2.        Peran Pembelajaran Nilai dalam PAI
PAI dapat dimaknai dari dua sisi, yaitu: Pertama, ia dipandang sebagai sebuah mata pelajaran seperti dalam kurikulm sekolah umum (SD, SMP, SMA). Kedua, ia berlaku sebagai rumpun pelajaran yang terdiri atas mata pelajaran Aqidah-Ahlaq, Fiqh, Quran-Hadits, SKI, dan Bahasa Arab seperti yang diajarkan di Madrasah (MI, MTs dan MA, Sebagai mata pelajaran PAI memiliki peranan penting dalam penyadaran nilai-nilai agama Islam kepada peserta didik. Muatan mata pelajaran yang mengandung nilai, moral, dan etika agama menempatkan PAI pada posisi trdepan dalam pengembangan moral beragama peserta didik. Hal itu berimplikasi pada tugas-tugas guru PAI yang kemudian dituntut lebih banyak perannya dalam penyadaran nilai-nilai keagamaan. Muatan inti PAI adalah nilai-nilai kebenaran dan kebaikan juga keindahan yang berasal dari wahyu.
3.        Peran Pembelajaran Nilai dalam IPA dan Matematika
Pada dasarnya setiap proses pendidikan menyertakan nilai dengan beragam jenis dan intensitasnya. Pembelajaran PAI dan Matematika perlu diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan yang berdiversifikasi. Beberapa tujuan yang harus dicapai dalam pendidikan IPA dan Matematika adalah: membangkitkan peserta didik agar memiliki dorongan untuk tahu dan paham, memiliki kemampuan mengumpulkan data, menemukan makna,berpikir logis, memilih alternatif pilihan beserta akibatnya, memahami manusia pada posisi yang manusiawi dan menghargai perbedaan pendapat Nilai perlu diperluas dan diperkaya. Demikian pula aktifitas pembelajaran perlu diarahkan pada pemahaman dan pengalaman nilai-nilai yang secara langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan
      Term pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Inggris “education”, yang akar katanya berasal dari bahasa Latin “educere” berarti memasukkan sesuatu. Barangkali yang dimaksud adalah memasukkan ilmu ke kepala seseorang. Jadi di sini ada tiga hal yang terlibat, yaitu: ilmu, proses memasukkan dan kepala orang kalaulah ilmu itu memang masuk ke kepala. Dalam bahasa Arab, menurut Zakiah Daradjat pendidikan berasal dari kata “Tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata kerja “rabba” sudah digunakan sejak zaman nabi Muhammad saw. , nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada obyek, bukan obyek itu sendiri. Sesuatu dikatakan mengandung nilai jika memiliki sifat atau kualitas yang melekat padanya. Dengan demikian, nilai adalah suatu keyataan ‘tersembunyi’ di balik kenyataan-kenyataan lainnya. Nilai ada karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai. Sedangkan Ruang lingkup PAI meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama, hubungan manusia dengan makhluk lain dan linkungannya.
      PAI memiliki dua sumber/dasar dalam pelaksanaan aktivitasnya, yaitu: Dasar/Sumber Ideal, dan Dasar/Sumber Operasional. Adapun tujuan pembelajaran nilai PAI, Tujuan itu adalah untuk meningkatkan ketaqwaan siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, artinya menghayati dan mengamakan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial kemasyarakatan dan menjadi warga negara yang baik. Tujuan ini secara berjenjang harus tercermin secara hirarkhis pada tujuan institusional (kelembagaan), tujuan kurikuler bidang studi tertentu misalnya PAI, Standar kompetensi pokok bahasan tertentu sampai kepada KD dan indikatornya.






Datar Pustaka
Anas, Sudijono. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo  Persada.
Daradjat, Zakiah. 1991. Ilmu Jiwa Agama.  Jakarta: Bulan Bintang.
Kaswardi. 1993. Pendidikan Nilai Memasuki tahun 2000. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Langgulung, Hasan. 1988. Asas-Asas Pendidikan Islam. Bandung: Al-Husna.
Marimba, Ahmad D. 1981.  Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif.
Priatna, Tedi. 2004.  Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Bani.

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.














[1] Hasan Langgulung,  -Asas Pendidikan Islam, (Bandung: al-Husna, 1988),  hal.  4.
[2] Zakiah Daradjat,  Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991),  hal . 26.
[3]Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 1.
            [4]Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki tahun 2000, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1993), hal. 78.


[5] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Bandung: al-Husna, 1988), hal. 6.
[6] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung: al-Ma’arif, 1981), hal. 46.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI DALAM ISLAM

A. Pengertian ekonomi islam Ekonomi islam secara terminologi dalam bahasa arab berarti al-iqtisad al-islami yang berarti ekonomi yang bersif...