A.
Abstrak
Keluarga
adalah pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan memperoleh
kehidupan emosional, sehingga membuat keluarga mempunyai pengaruh yang sangat dominan
terhadap perkembangan anak. Keluarga merupakan lingkungan alami yang memberi
perlindungan dan keamanan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok anak.
Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan yang urgen, tempat anak memulai
hubungan dengan dunia sekitarnya serta membentuk pengalaman-pengalaman yang
membantunya untuk berinteraksi dengan lingkungan. Pendidikan anak dalam kandungan atau
pendidikan pranatal adalah pendidikan yang diberikan kepada anak sebelum lahir
atau sejak dalam kandungan sampai anak tersebut lahir. anak dapat didik ketika
masih dalam kandungan dan pendidikan itu sudah bisa dilaksanakan ketika bayi di
kandungan berusia 15 minggu. Pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan
yang didalamnya terjadi interaksi anak sebagai manusia yang sempurna dengan
orang yang berada disekitar anak yang masih dalam kandungan. Akan tetapi
pendidikan tidak langsung dalam arti kondisi psikologis kedua orang tua dapat
mempengaruhi calon bayi yang akan dilahirkan oleh seorang ibu dapat saja
terjadi.
Kata Kunci : Pendidikan, anak dalam kandungan
B. Pendahuluan
Pendidikan adalah
pembelajaran, Pembelajaran mengenai pengetahuan, keterampilan maupun kebiasaan
yang diperoleh melalui program pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan tidak hanya didapatkan di bangku sekolah saja tetapi juga didapatkan
di luar sekolah (lingkungan keluarga dan masyarakat). Kebanyakan orang
beranggapan bahwa pendidikan adalah dunia sekolah semata, sehingga mereka
memasrahkan sepenuhnya pendidikan anaknya pada sekolah.
Tentu saja hal
ini keliru. Tidak hanya guru yang terlibat dalam pendidikan seorang anak
manusia, tetapi juga orang tua, keluarga dan lingkungan pergaulan anak. orang
tualah yang lebih banyak berperan penting pada pendidikan anaknya khususnya
pendidikan untuk membentuk karakter anak sejak dini, karena orang tua dan
keluargalah yang sudah terlibat dalam kehidupan anak sejak anak masih dalam
kandungan.
Tanggung jawab
pendidikan keluarga sangat penting dalam pandangan Islam. Menurut Al Gazali,
“anak itu amanah Tuhan bagi kedua orang tuanya, hatinya bersih bagaikan mutiara
yang indah bersahaja, bersih dari lukisan dan gambar. Ia menerima setiap yang
dilukiskan, cenderung kearah apa saja yang di arahkan kepadanya.
Tujuan pendidikan
dalam kandungan adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah. Adapun materi pendidikan anak dalam kandungan adalah pokok-pokok ajaran
Islam yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Sedangkan metode pendidikan anak
dalam kandungan adalah metode berbicara dan berkomunikasi, metode mengikut
sertakan dengan ucapan, metode berzikir dan berdo’a serta metode kasih
sayang.
C. Pembahasan
Berbicara
tentang pendidikan anak dalam kandungan, terlebih dahulu kita harus mengetahui
apa itu pendidikan dan apa itu pendidikan dalam kandungan, pengertian
pendidikan kita tidak akan menentukan arti yang sama antara satu dengan
lainnya, karena masing-masing tokoh mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam
mengartikan pendidikan. Hal itu tergantung pada sisi yang dianggap paling tepat
oleh para tokoh pendidikan untuk membentuk dan menentukan sebuah konsep tentang
pendidikan.
John Dewey
berpendapat: “Etimologically, the word education means just a process of
leading or bringing up”. Artinya secara etimologi, kata pendidikan berarti
suatu proses untuk memimpin dan membimbing.[1]
Ahmad Tafsir berpendapat, pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh
seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan
maksimal yang positif.[2]
Pendidikan
menurut Arifin M.Ed. adalah:” ikhtiar manusia untuk membantu dan
mengarahkan fitrah manusia (anak) supaya berkembang sampai kepada titik
maksimal yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan”.[3]
Sedangkan Zahara Idris mengartikan pendidikan Pendidikan adalah
serangkaian kegiatan interaksi yang bertujuan antara manusia dewasa dengan si
anak didik secara tatap muka atau dengan mempergunakan media, dalam rangka
memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya agar dapat
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin menjadi manusia dewasa”.[4]
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan diartikan sebagai
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.[5]
Dari beberapa
pengertian tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah
usaha secara sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa (sebagai
pendidik) dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia
atau “fitrah“, agar dapat berkembang secara maksimal, sesuai dengan
tujuan pendidikan.
Sedangkan
pendidikan dalam kandungan sering disebut dengan istilah Pranatal, Istilah
“Pranatal“ dalam Kamus Bahasa Indonesia mempunyai arti ”pra-lahir” atau
”sebelum lahir”.[6]
Istilah tersebut digunakan sebagai sebutan bagi anak yang masih berada dalam
kandungan. Jadi dengan kata lain pranatal adalah masa anak dalam kandungan
sampai lahir, Dengan demikian, yang dimaksud pendidikan anak dalam kandungan
atau pendidikan pranatal adalah pendidikan yang diberikan kepada anak sebelum
lahir atau sejak dalam kandungan sampai anak tersebut lahir. Jadi apapun yang
dilakukan oleh orang tua, itulah pendidikan yang diberikan pada anak dalam
kandungan (pranatal).
Jika pengertian
pendidikan pranatal itu dikaitkan dengan pengertian pendidikan yang telah
dirumuskan sebelumnya, maka pendidikan anak dalam kandungan merupakan usaha
secara sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa (sebagai pendidik)
dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia agar dapat
berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan, yang dimulai sejak
anak masih berada dalam kandungan ibu (pranatal) sampai anak tersebut lahir ke
dunia.
Pendidikan pranatal bersifat peneladanan atau
pembiasaan orang tua. Sikap dan apapun perbuatan orang tua pada saat anak masih
dalam kandungan ataupun sudah lahir sangat berpengaruh terhadap perkembangan
jiwa anak. Jadi orang tua harus selalu menjaga sikap dan tingkah lakunya agar
tetap sesuai dengan ajaran agama sebagai upaya pendidikan anak dalam kandungan
(pendidikan pranatal).
b)
Tujuan Pendidikan Prenatal
Setiap kegiatan yang telah
diprogramkan tentulah mempunyai suatu tujuan yang menjadi targetyang ingin dicapai. Dimana
pengertian tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah
sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Dalam tujuan pendidikan, harus berdasarkan
pada kenyataan yang terdapat pada individu. Meskipun dasar sosial menuntut agar
pendidikan mengintegrasikan diri dengan masyarakat tetapi hal ini tidak berarti
bahwa pendidikan boleh mengabaikan atau mengorbankan sifat-sifat individual.
Sifat-sifat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Tiap individu merupakan pribadi yang unik atau adanya
perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain. misalnya perbedaan bakat,
minat, inteligensi dan lain-lain. Karena sifat ini maka pendidikan harus
mengarah pada usaha yang dapat melayani adanya perbedaan perseorangan tersebut
sehingga tiap individu dapat merealisasikan dirinya sesuai dengan
individualisasinya.
2.
Tiap-tiap individu mempunyai bermacam-macam segi kejiwaan
misalnya, pikiran, perasaan dan kemauan, maka pendidikan harus berusaha
mengembangkan semua segi kepribadian tadi secara harmonis dan integratif.
Di dalam tiaptiap peringkat perkembangan
individu menghadapi tugas perkembangan tertentu, dan pendidikan harus membantu
anak dalam menyelesaikan tugas perkembangannya tadi.Sifat-sifat tersebut yang
membuat tujuan pendidikan pada fase tiap perkembangan manusia berbeda.
Pendidikan yang diberikan pada anak yang masih dalam kandungan mempunyai tujuan
yang berbeda dengan yang diberikan pada anak yang sudah dilahirkan, remaja dan
seterusnya. Tidak hanya dalam hal tujuan saja, tetapi juga dalam hal materi,
bahkan pendidikannya.
Adapun tujuan pendidikan dalam
kandungan adalah membantu orang tua dan anggota keluarga memberikan lingkungan
lebih baik bagi bayi, memberikan peluang untuk belajar dini dan mendorong
perkembangan hubungan positif antara orang tua dan anak yang dapat berlangsung
selama-lamanya. Jadi jelaslah bahwa tujuan dari pendidikan pranatal sesuai
dengan fase perkembanganya, adalah untuk memberikan kesempatan bagi individu
belajar lebih dini, yang diberikan melalui stimulus oleh orang tua dan anggota
keluarga yang lain, untuk mengenalkan lingkungan sekelilingnya, agar setelah
kelahirannya bayi sudah merasa lebih mengenal lingkungan yang ada di
sekelilingnya.
c)
Peran Keluaraga Dalam Pendidikan Prenatal
Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama,
tempat anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional, sehingga membuat
keluarga mempunyai pengaruh yang dalam terhadap anak. Keluarga merupakan
lingkungan alami yang memberi perlindungan dan keamanan serta memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok anak. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan
yang urgen, tempat anak memulai hubungan dengan dunia sekitarnya serta
membentuk pengalaman-pengalaman yang membantunya untuk berinteraksi dengan
lingkungan fisik dan sosial.[7] Pada dasarnya ada dua tujuan pokok lembaga keluarga yang secara
otomatis akan menciptakan pula kesehatan mental keluarga. Kedua tujuan pokok
itu ialah: Mendapatkan
ketentraman hati, terhindar dari kegelisahan dan kebimbangan yang tidak
berujung pangkal. Melahirkan keturunan yang baik (saleh).[8]
Membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warohmah memerlukan fondasi yang
kuat.Diperlukan beberapa modal untuk memperkokoh fondasi itu.Modal pertama
untuk itu ialah naluri rasa cinta terhadap lawan jenisnya, yang makin lama
makin berkembang dalam bentuk yang makin konkret. Inilah yang disebut mawaddah,
yaitu hal-hal yang bersifat immaterial yang bisa membangkitkan
kemauan dan menimbulkan kehendak untuk melakukan sesuatu yang memberi
kenyamanan diantaranya adalahmemadu kasih sayang, mengundang cumbu-rayu yang
akhirnya memadukan hati dan jiwa. Mawaddah bersifat
material, banyak
yang membutuhkan segala yang serba duniawi: rumah, kendaraan dan jaminan masa
depan. Melalui perkawinan, mawaddah atau cinta ini akan berkembang menjadi
rahmah, yaitu rasa saling menyantuni antara suami-istri lantaran jalinan kasih
sayang; bukan karena daya tarik fisik. Tujuan perkawinan yang kedua ialah
mendapatkan keturunan yang baik. Fungsi kedua ini merupakan akibat dari fungsi
yang pertama, bertujuan untuk melestarikan spesies manusia melalui reproduksi
huingga menghasilkan keturunan[9]
Perkawinan
itu diharapkan akan mampu melahirkan keluarga yang sakinah (tentram dan damai),
untuk mewujudkan hal itu diperlukan kemampuan memfungsikan tujuh fungsi
keluarga sebagai berikut;
1. Fungsi
ekonomis: keluarga merupakan satuan sosial yang mandiri, yamg disitu
anggota–anggota keluarganya mengkonsumsi barang-barang yang diproduksi.
2. Fungsi
sosial: keluarga memberikan prestis dan status kepada anggota-anggotanya.
3. Fungsi edukatif: keluarga memberikan pendidikan kepada
anak-anak dan juga remaja.
4. Fungsi protektif: keluarga melindungi
anggota-anggotanya dari ancaman fisik, ekonomis dan psiko-sosial.
5. Fungsi religius: keluarga memberikan pengalaman
keagamaan kepada anggota-anggotanya.
6. Fungsi
rekreatif: keluarga merupakan pusat rekreasi bagi anggota-anggotanya.
7. Fungsi
afektif: keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan keturunan.
Islam
sangat perhatian dengan pendidikan.Islam memandang pendidikan sebagai proses yang terkait dengan upaya
mempersiapkan manusia untuk mampu memikul
taklif (tugas hidup) sebagai khalifah dimuka bumi.
Untuk maksud tersebut, manusia diciptakan dengan potensi berupa akal dan
kemampuan belajar. Istilah pendidikan dalam Islam, adalah proses dan
praktek penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam
sejarah umat Islam Dapat dipahami bahwa pendidikan prenatal dalam Islam
adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari al-Qur’an dan as-Sunnah,
mendapatkan justifikasi dan perwujudan secara operasional
dalam proses pembudayaan dan
pewarisan serta pengembangan ajaran agama, budaya dan peradaban Islam dari
generasi kegenerasi yang berlangsung sepanjang sejarah umat Islam yang
dilakukan ketika anak masih dalam kandungan.
Tujuan
yang hendak dicapai dalam paedagogis Islami adalah mendapatkan keturunan yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah, berilmu dan beramal saleh, berbudi luhur,
berbakti kepada orang tua, memiliki ketrampilan, cakap memimpin, cakap mengolah
isi bumi untuk kemakmuran hidup didunia dan mampu bertanggung jawab terhadap
perjuangan pembangunan agama, bangsa, dan Negara. Tujuan
tersebut dapat dicapai melalui upaya pendidikan yang terencana,
terpadu dan terarah sesuai dengan ajaran Islam tentang pendidikan. Untuk itu,
setiap orang tua harus memulainya dengan langkah-langkah ataupun tahapan
tahapan yang harus dilakukan oleh orang tua dalam rangka mempersiapkan anaknya
untuk memasuki gerbang kehidupan orang dewasa.
d)
Pendidikan Anak
Dalam kandungan Dalam Perspektif Al-Qur’an & Hadits
Penulusuran dari Kitab suci Al-Qur’an dan
kumpulan Hadits Rasulullah maka ditemukan beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadis
yang membahas tentang pendidikan dalam kandungan, antara lain: surat
Al-A`raf: 172, yang Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap nyawa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (KeEsaan Tuhan)".(QS. Al-A`raf: 172).
Inilah dalil Al-Qur`an yang
menunjukkan bahwa anak pranatal sudah siap dididik. Karena, ia sendiri sudah
hidup berkat nyawa yang memberi kehidupan kepadanya. Nyawa (ruh?) itulah yang
sesungguhnya responsif, dengan mengikutsertakan janin yang ditempatinya,
terhadap segala rangsangan dari lingkungannya lebih-lebih terhadap rangsangan-rangsangan
yang disusun secara sistematik peadagogis yang dengan sengaja ditujukan
kepadanya.
Setelah
manusia diciptakan oleh Allah, maka tentunya Allah menciptakan manusia itu
untuk mengabdi kepada-Nya. Untuk itu Ia memerintahkan supaya manusia itu
beribadat kepada-Nya. Agar seorang anak menjadi taat beribadah dan menjalankan
segala perintah Allah, maka pendidikan agama dalam keluarga bagi anak prenatal
menjadi sangat urgens. Hal ini amat penting diperhatikan, karena pendidikan
agama bagi anak prenatal akan mendasari pendidikan agama anak itu setelah
lahir. Perkembangan manusia sejak dalam kandungan sesungguhnya dalam Al-Qur`an
sangatlah diperhatikan. Mulai perkembangan sejak janin (embrio) dalam perut
ibunya, perkembangan setelah kelahiran (pasca natal), dan perkembangan indra
anak. Dalam Al-Qur`an surat Al-Mu`minun: 12-14, dijelaskan sebagai berikut Artinya: "Dan
sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
Sesungguhnya Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta
yang Paling Baik". (QS. Al-Mukminun : 40).
Dalam
ayat tersebut di atas, Al-Qur`an secara rinci mengemukakan berbagai fase
perkembangan janin dalam rahim, sejak permulaan kehamilan ketika salah satu sel
sperma yang membuahi ovum sang ibu yang telah matang. Dan
pembuahan itu terbentuklah apa yang disebut dengan benih, atau apa yang oleh
Al-Qur`an disebut"nutfah" (air mani). Kemudian ovum
yang telah dibuahi menjadi banyak dengan cara pembelahan. Jumlah
sel-selnya pun semakin bertambah. Namun pada dua minggu pertama, perubahan yang
terjadi belum begitu terasa. Pada ketika itulah terbentuk apa yang oleh
Al-Qur`an disebut sebagai "alaqah" (segumpal darah).
Sedangkan dalam (QS. Az-Zumar/39 : 6) disebutkan juga sebagai berikut : "…Dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan
…" (QS. Az-Zumar/39 : 6).
Menurut
para ahli tafsir klasik, tiga kegelapan yang dikemukakan Al-Qur`an di atas,
ialah kegelapan perut, kegelapan rahim, kegelapan plasenta. Sedangkan menurut
tafsir-tafsir modern, maksud tegas kegelapan tersebut ialah : ovarium, tuba
fallopi, dan rahim. Dari uraian fase perkembangan yang dikemukakan Al-Qur’an di
atas, menunjukkan betapa Islam memperhatikan mengenai urgensi pendidikan
prenatal. Sebab, sebagian besar proses pertumbuhan janin tersebut sangat
bergantung pada kondisi internal sang ibu, yaitu kondisi fisik dan psikhisnya.
Ibu dan janin/bakal anak itu merupakan satu unitas organics yang
tunggal. Semua kebutuhan dari ibu dan bakal anak, dicukupi melalui proses
fisiologis yang sama. Substansi fisi dari ibu mengalir pula ke dalam jasad
janinnya. Unitas itu tidak hanya meliputi proses-proses kehidupan yang positif
saja, akan tetapi juga menyangkut segi-segi destruktif. Tegasnya, kesejahteraan
ibu, baik yang jasmaniah maupun yang rokhaniah, akan melimpahkan kesejahteraan
bagi janinnya. Dan gangguan-gangguan pada diri ibu, baik yang bersifat fisik
maupun psikhis (misalnya suatu penyakit yang parah atau gangguan emosional yang
serius), akan mengganggu pula kondisi janinnya, menurut Agus Sujanto dalam buku Psikologi Kepribadian,
mengatakan bahwa pendidikan keluarga sebagai peletak batu pertama pembentukan
kepribadian anak .[10] Selain dari ayat-ayat di
atas, pendidikan pra natal juga di jelaskan dalam Hadits Nabi, diantaranya
hadits yang berbunyi:
اَلشَّقِىٌّ مِنْ شَقِىٌّ
فِى بَطْنِ اُمِّه (رواه مسلم عن عبدالله ابن مسعود)
Artinya: Anak yang celaka adalah anak yang telah
mendapatkan kesempitan di masa dalam perut ibunya.
Kata asy-syaqiyyu mengandung
makna umum artinya penyiksaan yang dilakukan dengan sengaja untuk si bayi dalam
rahim, tidak mendapat kehidupan yang layak, atau pembunuhan janin, melakukan
penyiksaan kepada orang tua hamil yang berdampak pada bayi, atau melakukan
kesalahan dalam hal makanan atau minuman atau penerimaan udara yang dihirup si
ibu bayi, dan atau lain-lainnya yang berakibat patal kepada kelangsungan hidup
dan kehidupan sang bayi dalam kandungan.
Hadits di atas
menegaskan bahwa apa yang terjadi pada ibu ketika bayi di dalam kandungan
sangat berpengaruh terhadap kondisi si bayi, dan pengaruh itu akan
di bawa nanti ketika ia dilahirkan sampai dewasa. Oleh karena itu berdasarkan
hadits tersebut maka berarti pendidikan dapat dilakukan sejak manusia dalam
kandungan. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa pemberian pendidikan pra lahir menunjukkan hasil yang signifikan.
Penelitian F.Rene Van de Carr dkk, yang dilaksanakan di Bangkok menemukan hasil
bahwa pendidikan pra natal mempercepat mahir bicara, menirukan suara,
menyebutkan kata pertama, tersenyum secara spontan, mampu menoleh kearah orang
tuanya, lebih tanggap terhadap musik, dan mengembangkan pola sosial lebih baik
saat ia dewasa.[11]
Disamping itu penelitian tersebut juga menghasilkan temuan bahwa
1. Tampaknya ada suatu masa
kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada sekitar usia lima bulan
sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga dua tahun ketika stimulasi otak dan
latihan-latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan bayi.
2. Stimulasi pra lahir
dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan bayi dalam mengatasi dunia luar setelah ia
dilahirkan.
3. Bayi-bayi yang
mendapatkan stimulasi pralahir dapat lebih mampu mengontrol gerakan-gerakan
mereka. Selain itu mereka juga lebih siap menjelajahi dan mempelajari
lingkungan setelah lahir.
4. Para orang tua yang
telah berpartisifasi dalam program pendidikan pra lahir
menggambarkan anaknya
Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa anak dapat dididik/ diberi stimulus
ketika masih dalam kandungan. Anak bisa menerima pendidikan sejak dari dalam
kandungan juga didasarkan pada perkembangan bayi di dalam kandungan. Riyanti
Aprilliawati menjelaskan fase-fase perkembangan bayi dalam kandungan sebagai
berikut:
Minggu ke 1 dimana merupakan minggu terakhir sebelum kehamilan,
pendarahan terakhir sebelum kehamilan. Pendarahan terjadi dan hormon-hormon
tubuh pun tengah mempersiapkan sel telur untuk dilepaskan.
Minggu ke 2, uterus (dinding rahim) menebal dan mempersiapkan
tahap ovulasi.
Minggu ke 3, masa ovulasi (pelepasan telur). Kehamilan mulai
terjadi saat sperma dari laki-laki bertemu dengan sel telur di tuba falopi.
Pembuahan memerlukan 4 hari. Setelah telur dibuahi maka dinamakan zygot.
Minggu ke 4, yaitu saat zygot menemukan tempat di dalam
rahim.
Minggu ke 5, bayi sudah mempunyai detak jantung sendiri, plasenta
dan tali pusat sudah bekerja sepenuhnya. Vasikel-vasikel otak primer mulai
terbentuk dan system mulai berkembang.
Minggu ke 6, Embrio terlihat seperti berudu. Bayi sudah dapat
dikenali kepala, ekor, tangan dan anggota badan yang masih dalam tunas. Pada
minggu ini merupakan pembentukan awal dari hati, pankerias, paru-paru kelenjar
tiroid dan jantung
Minggu ke 7, jantung sudah terbentuk lengkap, saraf dan otot
bekerja bersamaan untuk pertama kalinya. Bayipun mempunyai reflek dan bergerak
spontan. Pada akhir minggu ke 7 ini otak akan terbentuk lengkap.
Minggu ke 8, embrio sudah berukuran panjang sekitar 25 -30 mm,
lengan dan kaki sudah terbagi menjadi komponen paha, kaki, tangan, lengan,
bahu. Telinga luar sudah terbentuk. Jaringan saraf di otak sudah berhubungan
dengan lobi penciuman di otak.
Minggu ke 9, pada minggu ini perut dan rongga dada sudah terpisah
dan otot mata dan bibir atas terbentuk
Minggu ke 10, tulang sudah menggantikan kartilago,
Diagpragma memisahkan jantung dan paru-paru dari perut. Otot leher
terbentuk. Otak berkembang cepat dalam bulan terakhir ini sehingga
proporsi kepala lebih besar dari tubuh.
Minggu ke 11, organ sek luar sudah terbentuk, juga folikel-folikel
rambut dan gigi terbentuk
Minggu ke 12, Semua organ vital bayi sudah terbentuk. Dengan
signal dari otak, otot akan merespon dan bayi sudah terbentuk.
Minggu ke 13, trakea, paru-paru, perut, hati, pancreas, dan usus
berkembang ke fungsi terakhir. Pita suara mulai terbentuk, tunas gigi muncul.
Minggu ke 14, organ sek sudah dapat dibedakan, bayi sudah siap
memberi respon terhadap dunia luar rahim ibunya. Bayi mungkin akan bergerak
bila kita mengusap perut ibunya.
Minggu ke 15, bayi mulai dapat mendengar anda, mendengarkan denyut
jantung anda. Bayi sudah mempunyai rambut di kepala, juga bulu mata dan alis.
Minggu ke 16, Otot bayi sudah berkembang dan menjadi kuat. Pada
minggu ini jika sinar terang diletakkan di perut ibunya bayi akan menggerakkan
tangan dan matanya.
Minggu ke 17, Bayi akan bergerak-gerak, kulit bayi berkembang dan
transparan.Terlihat merah karena pembuluh darah masih terlihat jelas.
Minggu ke 18, Bayi sudah dapat mendengar suara dari tubuh anda.
Bayi akan bergerak atau melompat ketka mendengar suara keras. Otot bayi sudah
dapat berkontraksi dan relaks, bayi sudah menendang atau meninju.
Minggu ke 19, Bayi sudah berukuran 23 cm.
Minggu ke 20,Otot bayi semakin kuat dan ia akan bergerak
sekitar 200 kali sehari
Minggu ke 21,Bayi sudah sadar akan lingkungannya dan ia akan
merasa lebih tenang ketika mendengar suara dan sentuhan anda di
perut.
Minggu ke 23, Ukuran kepala sudah sesuai dengan tubuhnya.
Pertumbuhan otaknya sangat cepat.
Minggu ke 24, Pendengaran bayi sudah terbentuk sempurna,
bayi akan bergerak dengan suara music dari luar. Bayi mulai membentuk pola
kapan saat tidur dan kapan saat bangun.
Minggu ke 25, Bayi mulai berlatih bernapas dengan menghirup dan
menghembuskan cairan amnion.
Minggu ke 26, Bayi sudah mempunyai lemak di bawah kulit yang akan
membantu mengontrol suhu tubuhnya pada saat lahir. Panjang bayi sekitar 28-32
cm.
Minggu ke 27, Mata bayi sudah terbuka dan mampu melihat
sekelilingnya untuk pertama kali.
Minggu ke 28, Pada bayi laki-laki testis akan turun ke kantong
skrotum.
Minggu ke 29, Posisi bayi dengan kepala ke bawah. Jaringan lemak
terus terbentuk.
Minggu ke 30, Bayi mengisi hampir seluruh ruang rahim, otak
berkembang sangat cepat.
Minggu ke 31,badan dengan dengkul dilipat, dagu di dadanya dan
tangan dan kaki saling bersilang.
Minggu ke 32, Bayi berada dalam posisi kepala di bawah
sampai lahir
Minggu ke 33, Seluruh rambut bayi telah tumbuh.
Minggu ke 34, Terjadi pertumbuhan yang pesat pada otak. Bayi
memberi respon terhadap suara yang familiar
Minggu ke 35, Bayi terus menambah cadangan lemak kulitnya,
kepalanya sudah mulai memasuki panggul
Minggu ke 36, Mulai dari minggu ini bayi sudah mempunyai ukuran
dari kematangan yang siap untuk lahir.
Berdasarkan uraian di
atas maka dapatlah disimpulkan bahwa anak dapat didik ketika masih dalam
kandungan dan pendidikan itu sudah bisa dilaksanakan ketika bayi di kandungan
berusia 15 minggu. Pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan yang
didalamnya terjadi interaksi anak sebagai manusia yang sempurna dengan orang
yang berada disekitar anak yang masih dalam kandungan. Akan tetapi pendidikan
tidak langsung dalam arti kondisi psikologis kedua orang tua dapat mempengaruhi
calon bayi yang akan dilahirkan oleh seorang ibu dapat saja terjadi.
Seorang ibu harus memiliki
pemahaman dan keimanan agama Islam yang kuat. Karena seorang anak
mulai proses kehamilan, dalam kandungan, dilahirkan kedunia sampai ia dewasa
selalu berada dalam lingkungan keluarganya yaitu ayah ibunya. Karena itulah
keluarga sangat menentukan pribadi anak dimasa yang akan datang.
Bahkan Rasulullah menegaskan apa yang akan terjadi setelah anak dewasa apa ia
menjadi Majusi, apakah ia menjadi Nasrani atau menjadi Yahudi sangat tergantung
orang tuanya.
Walaupun Islam
menegaskan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, tetapi fitrah itu akan
berubah menjadi tidak baik bila ia dibesarkan dalam lingkungan yang buruk dan
fitrah itu akan berkembang subur bila ia tumbuh dalam lingkungan yang
mendukungnya. Hal ini dapat dipahami karena mulai dalam kandungan anak sudah
berinteraksi dengan kedua orang tua sampai ia dewasa interaksi itu setiap saat
mempengaruhi dirinya sehingga terbentuk pribadinya.
e)
Tujuan, Materi dan Metode Pendidikan Anak Dalam
Kandungan
Sebagai fase awal dari kehidupan manusia,
maka tujuan pendidikan dalam kandungan berarti memiliki tujuan yang sama dari
pendidikan secara keseluruhan, yaitu membentuk manusia menjadi orang yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah. Untuk mencapai tujuan pendidikan
bagi anak dalam kandungan, maka diperlukan metode khusus yang berbeda dengan
metode mengajar bagi anak yang sudah dilahirkan. Adapun metode pendidikan yang
dimaksud menurut Rusdiana dan M.Noor Fuadi adalah metode berbicara dan
berkomunikasi, metode cerita, metode mengikut sertakan dengan ucapan dan metode
doa dan dzikir dan metode kasih sayang.[12]
Bila dicermati lebih dalam pendapat
Rusdiana dan M. Noor Fuadi di atas, maka antara metode berbicara dan
berkomunikasi sama saja dengan metode cerita. Bedanya hanya pada isi pesan yang
disampaikan yaitu pada metode berbicara dan berkomunikasi isi pesan
yang disampaikan apa saja termasuk didalamnya adalah cerita-cerita sedangkan
pada metode cerita, isi pesan hanya cerita. Oleh karena itu uraian berikut ini
akan menguraikan masing-masing metode di atas, karena menurut penulis metode
cerita kecuali sama dengan metode berbicara dan berkomunikasi.
1. Metode Berbicara dan
berkomunikasi.
Sebagaimana di uraikan pada pembahasan terdahulu,
maka sejak usia anak 3 bulan dalam kandungan sudah ditiupkan roh kedalam
tubuhnya, dan pada usia anak 15 minggu anak sudah memiliki pendengaran yang
sempurna, maka alat untuk berkomonikasi dengan anak hanya ada 2 yaitu dengan
suara dan dengan sentuhan. Dari kedua bentuk komonikasi diatas, maka suara lah
yang dapat menjadi andalan untuk terselenggaranya proses pendidikan. Oleh
karena itu metode berbicara atau berkomunikasi dipandang metode yang efektif. Menurut
F. Rene Van de Carr, M.D & Marc Lehrer, berbicara dan
berkomunikasi dengan anak dalam kandungan bukanlah berarti face to face, saling
berhadapan dan saling memberikan respon berupa jawaban langsung, seperti
seseorang berbicara dengan temannya, saling berhadapan, bertatap muka dan
sejenisnya.[13]
Metode berbicara di sini dimaksudkan
adalah mengenalkan kata-kata dan kalimat selama anak dalam
kandungan dengan suara si ibu atau orang disekitarnya, dan perkataan
itu hendaknya sering diulang-ulang, serta konsisten. Pengulangan kata-kata atau
kalimat selama anak dalam kandungan bukan dimaksudkan agar si janin menjawab
dan memahami kata-kata tersebut setelah ia dilahirkan. Akan tetapi
pengulangan kata-kata atau kalimat tersebut mempercepat pengenalan dan
pemahaman kata-kata tersebut di usia dini setelah ia dilahirkan. Menurut hasil
reset F.Rene dkk., anak yang diberi stimulasi pra lahir mengenal kata-kata dan
menunjukkan kemampuan verbal jauh lebih dini dari pada yang tidak mendapat
simulasi. Pendapat pakar lainnya yang senada dengan di atas adalah Fauzil Adhim
yang menyatakan bahwa: pada masa hamil sering-seringlah orang tua menjalin
komunikasi dengan bayi dalam kandungan, sehingga ibu dan ayah nantinya tidak
asing lagi dengan dia ketika ia telah dilahirkan dari rahim ibu. Secara teknis
berbicara dengan anak dalam kandungan dapat dilakukan dengan ibu berbaring
telentang dengan sedikit miring agar berat badan di sebelah kiri. Posisi ini
cenderung meningkatkan sirkulasi darah kedalam rahim yang akan bermanfaat bagi
janin selama masa berkomunikasi. Si ibu boleh juga duduk, berdiri atau mengatur
diri sesuai dengan posisi yang memungkinkan pada saat itu aktivitas berbicara
dengan janin dapat dilakukan. Posisi lainnya yang juga di anggap efektif oleh
para peneliti pra lahir adalah berendam di bak penuh dengan air hangat dengan
leher dan dagu di atas permukaan air.
Dalam rangka menamkan Tauhid maka
katakanlah “ La ilaha Illallah “ kemudian katakan, nak
Tuhan kita adalah Allah dan tiada Tuhan selain Allah. Kemudian ucapkan ” Muhammad
rasulullah “ wahai anakku, Muhammad saw. adalah Rasul Allah.
Dan teruskanlah berkata-kata dan berbicara dengan anak, sisihkan waktu setiap
hari beberapa menit atau beberapa jam untuk berkomunikasi dengan anak. Demikian
pula untuk pada saat hamil ibu sangat baik selalu membaca al Qur’an, resapi
maknanya dengan seluruh keikhlasan.
Isi komunikasi dengan janin bisa juga
berbentuk cerita-cerita. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pembacaan cerita
pada bayi yang masih dalam kandungan adalah terjadi peningkatan perkembangan
intelektual dan kematangan pada bayi. Dalam Islam banyak cerita yang bisa
dijadikan bahan komunikasi dengan anak, seperti cerita yang ada dalam
Al-Qur’an, cerita dalam Hadits Rasulullah, atau cerita para sahabat Nabi
Muhammad sw. Dalam al Qur’an ada cerita Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Nuh, Nabi
Yunus dan lain. Adapula cerita manusia durhaka seperti Fir’aun, Haman, Qarun.
Dalam hadits ada cerita Nabi Khaidir, cerita Jibril, cerita Juraid dan
lain-lain. Demikian pula banyak cerita sifat-sifat sahabat yang patut
diteladani seperti Abubakar, Umar, Usman, Muaz bin Jabbal , Amru Bin Ash dan
lain-lain.
2. Mengikut Sertakan dengan
Ucapan
Mengikut sertakan dengan ucapan yaitu
mengajak anak dalam kandungan dengan menggunakan kata-kata untuk bersama-sama
melakukan perbuatan-perbuatan baik, atau amal-amal shaleh atau ibadah-ibadah
yang akan dikerjakan oleh ibu yang mengandung nya. Banyak prilaku
harian yang bisa dimanfaatkan oleh ibu yang sedang mengandung untuk mendidik
anaknya yang masih dalam kandungan. Misalnya melaksanakan wudhu, shalat,
membaca al Qur’an, menghadiri majlis ta’lim dan lain-lain. Ketika ibu ingin
mengambil air wudhu hendaknya ibunya yang mengandung berkata : “Nak, ayo kita
sama-sama mengambil air wudhu”. Ketika ibunya akan melaksanakan shalat maka
hendaknya ibunya mengatakan: “ Nak mari kita melaksanakan shalat”.
3. Metode Do’a dan Zikir
Kita diperintahkan untuk berzikir kepada
Allah unruk selalu mengingat akan kekuasaan dan kebesaranNya sehingga kita bisa
terhindar dari penyakit sombong dan takabbur.[14] Do’a dalam Islam sangat
di anjurkan, apalagi seorang ibu yang sedang mengandung. Pada saat
mengandung dimana bayi selalu berada dalam dirinya maka semakin besar kandungannya
semakin berat kondisi sang ibu. Pada saat itu sangat baik untuk mendo’a kan
anaknya. Menurut Ummu Abdillah Naurah dalam bukunya “ Wirid Ibu Hamil “[15], yang dikutif oleh
Rusdiana menegaskan beberapa do’a yang dianjurkan untuk di baca bagi orang tua
yang sedang hamil adalah:
a. Membaca Qur’an Surah Al
A’raf ayat 54-56, S. Al Falaq dan Surah Al Naas
b. Membaca Qur’an Surah
Al Ahqaf ayat 35, Al Naziat 46 dan Surah Yusuf 111
c. Kemudian membaca doa
bagi ibu hamil
Sedangkan
zikir merupakan ibadah yang sangat di anjurkan. Sebagaimana yang
disabdakan Rasulullah bahwa orang yang berzikir akan diangkat derajatnya disisi Allah.
Zikrullah lebih baik dari menginfakkan emas dan perak. Zikrullah
lebih baik dari berjuang melawan musuh.
4.
Metode Kasih Sayang
Istri yang sedang mengandung maka harus lebih diperhatikan dan lebih
disayangi oleh suaminya, supaya istri menjadi tenang. Karena ketenangan dan
kebahagiaan istri akan berpengaruh pada janin bayi, Suami dan seisi rumah
menjaga prilaku sedemikian rupa supaya tidak menyakiti hati istrinya.
D. Kesimpulan
Pendidikan anak dalam kandungan
merupakan usaha secara sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa
(sebagai pendidik) dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap
manusia agar dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan,
yang dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan ibu (pranatal) sampai anak
tersebut lahir ke dunia.
Pendidikan
pranatal bersifat peneladanan atau pembiasaan orang tua. Sikap dan apapun
perbuatan orang tua pada saat anak masih dalam kandungan ataupun sudah lahir
sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Jadi orang tua harus selalu
menjaga sikap dan tingkah lakunya agar tetap sesuai dengan ajaran agama sebagai
upaya pendidikan anak dalam kandungan (pendidikan pranatal).
Adapun tujuan pendidikan dalam
kandungan adalah membantu orang tua dan anggota keluarga memberikan lingkungan
lebih baik bagi bayi, memberikan peluang untuk belajar dini dan mendorong
perkembangan hubungan positif antara orang tua dan anak yang dapat berlangsung
selama-lamanya. Jadi jelaslah bahwa tujuan dari pendidikan pranatal sesuai
dengan fase perkembanganya, adalah untuk memberikan kesempatan bagi individu
belajar lebih dini, yang diberikan melalui stimulus oleh orang tua dan anggota
keluarga yang lain, untuk mengenalkan lingkungan sekelilingnya, agar setelah
kelahirannya bayi sudah merasa lebih mengenal lingkungan yang ada di
sekelilingnya. Adapun metode yang digunakan dalam
pendidikan anak dalam kandungan yaitu:
1. Metode Berbicara dan
berkomunikasi.
2. Mengikut Sertakan dengan
Ucapan
3. Metode Do’a dan Zikir
4.
Metode Kasih Sayang
Daftar Pustaka
Abdillah
Naurah Ummu, 2005, Wirid Ibu Hamil,
Pustaka Arafah
Departemen P Dan K, 1993, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Indonesia: Balai Pustaka
Dewey,
John , 1994. Democracy and Education the Macmillan Company, New York
F.Rene
Van de Carr, MD. & Marc Lehrer, 2003, Cara Baru Mendidik Anak Sejak
Dalam Kandungan, Bandung: Kaifa
Hery Noer Aly dan Munzir. S,
2000, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani
H.M Arifin. 1976, Hubungan Timbal Balik
Pendidikan Agama, Jakarta: Bulan Bintang
Idris, Zahara, 1992, Pengantar Pendidikan, Jakarta:
PT. Grasindo
Rusdiana dan M. Noor Fuady, 2009, Model
Pendidikan Anak Dalam Kandungan,
Banjarmasin: Antasari Press
Sujanto,
Agus, dkk, 1997, Psikologi Kepribadian, Jakarta: PT Bumi Aksara
Surtiretna,Nina, 2002, Bimbingan Seks Suami Istri “Pandangan Islam dan
Medis”,
Cet. IX, Bandung: Rosda Karya
Tafsir, Ahmad, 2000, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, Bandung: Rosda Karya
Tirmidzi
Abdul Majid, M. Amin, Aziz, 2004, Analisis Zikir dan Doa, Jakarta:
Pinbuk Press.
UU RI no.
2/1989, 1992, Sistem Pendidikan Nasional, Semarang: Aneka Ilmu
[3] H.M Arifin.
M.Ed, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama,( Jakarta: Bulan
Bintang, 1976 ), Hal.10
[7] Hery
Noer Aly dan Munzir. S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani,
2000), Hal. 203
[8] Nina Surtiretna, Bimbingan Seks Suami Istri “Pandangan
Islam dan Medis”, (Bandung: Rosda Karya, 2002), Cet. IX, Hal.5
[11] F.Rene Van de Carr, MD.
& Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, (
Bandung: Kaifa,2003 ), Hal 34.
[12] Rusdiana dan M. Noor
Fuady, Model Pendidikan Anak Dalam Kandungan, ( Banjarmasin: Antasari
Press, , 2009 ). Hal.
[13] F.Rene Van de Carr, MD.
& Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, (
Bandung: Kaifa, 2003 ), Hal 68.
[14] M. Amin, Aziz, Tirmidzi Abdul Majid, Analisis Zikir dan Doa, (
Jakarta: Pinbuk Press, 2004 ), Hal 1.
[15] Ummu Abdillah Naurah, Wirid Ibu Hamil, ( : Pustaka Arafah,
2005 ), Hal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar